Dasar Pemikiran
Berbagai fakta dan fenomena yang berkembang menunjukkan bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai terutama oleh kemerosotan akhlak dan degradasi wawasan kebangsaan, seperti tercermin dalam perilaku yang lebih mengedepankan nilai-nilai individualisme, pragmatisme, dan liberalisme sehingga menggerus nilai-nilai gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, persatuan dan kesatuan.
Perwujudan Empat Pilar Kebangsaan Indonesia yang menjadi dasar kekuatan bangsa Indonesia saat ini dirasakan harus segera diimplementasikan kedalam perwujudan dan yang lebih kongret dan nyata. Untuk itu kami sebagai bagian dari bangsa Indonesia merasa perlu untuk membantu pemerintah dalam upaya mensosialisasikan perwujudan Empat Pilar Kebangsaan Indonesia tersebut dalam format yang lebih dirasakan besar manfaatnya bagi bangsa ini dengan sebuah penyelenggaraan event besar meliputi seluruh elemen masyarakat dan melingkupi semua aspek kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara. (http://www.empatpilarkebangsaan.web.id)
Opini
Membangun Rumah Paling Tidak Dibutuhkan 4 Pilar. Itulah persepsi pertama ketika mendengar tentan 4 Pilar Kebangsaan. Ke - 4 Pilar itu adalah
- Pancasila
- UUD 45
- Bhineka Tunggal Ika
- NKRI
Ya, ide briliyant Bapak Taufik Kiemas dilatar belakangi oleh kondisi negeri ini yang semakin luntur jiwa kebangasaannya. Marajut kembali modal ideologi yang dimiliki bangsa dalam satu bangunan kokoh dengan 4 pilar itu digagas agar pemahaman tentang bangsa ini tidak terpotong potong. Ke 4 Pilar itu harus ditegakkan dengan pondasi kokoh. Pilar yang sama tinggi dan kuat serta bersinergis, dimaksudkan agar bangunan kebangsaan Indonesia tidak mudah runtuh akibat erosi perkembangan zaman.
Kondisi faktual anak bangsa tampaknya semakin terpuruk. Jiwa semangat nasionalisme tidak ditumbuhkan dan dipupuk oleh pemimpin nasional. Para pejabat pemerintahan apakah dia berada di legislatif, yudikatif dan eksekutif asyik masyuk dengan dirinya sendiri sendiri. Seharusnya mereka menjalankan amanah dengan baik, namun apa lacur , para petinggi itu lupa dengan amanah yang dibebankan dipundak. Tidak ada lagi pidato mpidato tentang Pancasila, UUD 45, Bhinekha Tunggal Ika sehingga NKRI ini nyaris rubuh.
Bapak Taufik Kiemas cemas meiaht kondisi kebangsaan Indonesia. Beliau melihat ada kekosongan jiwa para pemimpin itu. Kekosongan idelaisme Pancasila. jiwa yang hanya terisi oleh syahwat dunia yang pada intinya ingin mempertahankan dinasti. Bapak Taufik semakin risau pelyenggraan pemerintah meleset dari amanat UUD 45. Sistem ekonomi sepertinya tidak sejalan dengan ekonomi kerakyatan seperti yang tertulis di UUD 45. Bhineka tunggal ika hanya tinggal meratap di dinding kantor sebagai lambang garuda. Kebhinekaa bangsa yang merupakan takdir ternyata semakin tercabik cabik akibat para pemimpin lebih mendahulkukan kepentinganan golonagnnaya.
Nah, sobat akibat dari pelecehan ideologi peninggalan sakral the founding father itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mendekati jurang keruntuhan. Oleh karena itu warisan rajutan Bapak Taufik Kiemas harus kita lanjutkan.  Kita bisa berharap banyak dengan para penerima amanah yang bercokol saat ini. Tahun 2014 harus dijadikan momentum perubahan drastis. Perubahan yang berdasarkan kepada 4 Pilar kebangsaan.
Negeri ini wajib dibangun dengan 4 pilar kokoh. Tidak bisa hanya dengan satu pilar saja untuk mendirikan bangunan negara , demikian juga dangan 2 atau 3 pilar. Harus lengkap 4 pilar berdiri sama tinggi guna menopang atap bangunan. Atap bangunan itu adalah tempat bernaung yang nyaman dan aman serta berkecukupan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan amanah pembukaan UUD 45 alinea ke -4.
Yes, Terima kasih Pak Taufik Kiemas, kami berjanji akan melanjutkan cita cita Bapak untuk memperbaiki kembali bangunan Negara agar mampu berdiri kokoh dengan ke 4 pilar kebangsaan. Ke 4 pilar tidak bisa berdiri sendiri. Ke 4 pilar harus bersinergi. Ke - 4 Pilar nan terintegrasi.
Selamat jalan Bapak Kebangsaan,  Doa kami selalu menyertai Bapak
Salam salaman
PenasehatpenakawanpenasaraN
[TD]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H