[caption id="attachment_355586" align="aligncenter" width="318" caption="Kutu Lompat (hipwee.com)"][/caption]
Batu Akik Lagi
Apa hubungan antara batu akik dengan batu loncatan.  Satu hal yang membuat keduanya sama yaitu asal muasal kedua makhluk  itu identik adalah  batu.  Batu akik era Jokowi menjabat Presiden naik panggung.  Dimana mana orang dewasa membicarakan  batu akik.  Inilah demam batu yang mencapai suhu 40 derajat celsius.  Demam tinggi yang seharusnya diderita hanya beberapa hari, namun nampaknya demam batu akik akan berlangsung cukup lama sampai ditemukan lagi mainan baru orang dewasa.
Saya tidak akan membahas batu akik pada kesempatan ini. Biarlah para penggemar batu itu menikmati gosokan batu berlama lama bahkan sampai kurang tidur sembari menanti gambar apa yang akan muncul di permukaan batunya. Sejujurnya para penggosok batu berharap muncul gambar aneh bin unik yang nantinya akan menaikkan harga jual batu. Semua berharap muncul gambar makhluk ghaib disana. Seperti gambar Nyi Roro Kidul, atau raut muka Haji Lulung boleh juga wajah  Gubernur Jakarta, misalnya.
Kehidupan manusia berjalan seiring bergeraknya waktu dari detik ke abad.  Dimensi waktu menjadi penanda perubahan di dunia ini. Perubahan yang pasti bagi anak manusia adalah bertambahnya umur dan berkurangnya usia. Perubahan disadari atau tidak disadari ibarat meloncat dari satu batui ke batu lain. Batu itu mungkin berposisi didepan yang bermakna ada kemajuan atau batu itu berada di belakang yang bisa diartikan kehidupan sedang mengalami cobaan.
Saya pertama kali mendengar istilah batu loncatan tahun 1971. Ketika menjadi mahasiswa, seorang dosen acapkali mengeluarkan kosa kata batu loncatan. Sebagai pemuda seumur jagung kami bingung kenapa si Bapak Dosen setiap tampil di muka kelas mengatakan bahwa kalian kuliah disini hanyalah sebagai batu loncatan.  Masih banyak batu batu di depan kalian yang harus dilewati atau di loncati satu persatu untuk menapak karier masa depan  gemilang.
Batu Loncatan
Setelah hampir lima tahun menyelesaikan tugas kedinasan saya baru paham apa yang dikatakan Bapak Haji Agustjik dosen kami di Palembang. Kini dengan ketersediaan waktu yang cukup banyak saya lebih mempunyai waktu luang untuk merenung makna hidup dan kehidupan. Â Â Â Batu batu itu telah saya lampaui dalam ukuran puluhan loncatan sehingga bermuara menjadi profesi Dosen dan Penulis.
Kekayaan intelektual yang diterima selama duduk di bangku kuliah telah membentuk generasi muda menjadi seorang cendikia. Selama 6 – 8 semeseter mahasiswa di ajarkan pola pikir sistematis berdasarkan  ilmu pengetahuan (science) dan pola tindak berdasarkan logika, etika dan estetika. Inilah produk perguruan tinggi berupa para sarjana (kaum  terpelajar)  yang diharapkan menjadi motor perubahan di masyarakat.
Berbekal profesionalisme yang mencakup, science, skill dan attitude para sarjana tejun ke masyarakat. Inilah batu pertama yang mereka loncati untuk kemudian meloncat ke batu batu lainnya. Loncatan demi loncatan seyogyanya sejalan dengan motivasi untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya, untuk kedua orang tua dibalut pada kesadaran sebgai warga negara yang baik dalam bentuk pengabdian kepada nusa dan bangsa.
Tidak menjadi masalah basic ilmu yang mereka terima di Perguruan Tinggi tidak sesuai dengan bidang pekerjaan yang mereka geluti. Seperti diuraikan diatas, satu hal terpenting para generasi muda telah dibekali pola pikir intelektual dan pola tindak profesional.  Jadi ketika seorang sarjana pertanian bekerja di Bank  tidak masalah karena para pengguna (owner) lebih mengharapkan sikap cendikia.
Sedangkan pengetahuan perbankan bisa mereka peroleh melalui kursus khusus serta pelatihan secara berkala sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sarjana tersebut.  Inilah batu loncatan awal. Bisa jadi setelah mereka merasa mempunyai kemampuan berlebih berdasarkan nilai tambah (add value) anak muda itu akan meloncat ke batu lain. Menapak karier yang lebih menjanjikan masa depan dengan iming iming penghasilan yang memadai.
Kutu Loncat
Fenomena alam demikian berkendak dan bertindak sekenanya. Bisa jadi seorang sarjana akan setia kepada ilmu dasar yang dimiliki di program S1. Kemudain linier melanjutkan ke program S2, bahkan sampai ke S3. Biasanya kelompok cendekia ini berada pada bidang pendidikan dan penelitian  Mereka adalah dosen atau Peneliti yang mengembangkan ilmu  hukum, kedokteran, ekonomi , teknologi dan bidang ilmu terapan lainnya. Pada komunitas ini batu loncatan mereka linier atau jalan lurus sesuai dengan bidang ilmu yang digeluti.
Batu loncat yang acak bahkan loncat zig zag lebih banyak dilakukan oleh para pemuda kreatif inspiratif. Tidak betah pada satu posisi,  ketika mereka melihat ada peluang kerja di tempat lain yang lebih menantang maka mereka siap melompat atau tepatnya meloncat.  Namun gelar kutu loncat tidak tepat bagi para kreator ini karena niat semata pindah dari satu perusahaan  ke perusahaan lain adalah dalam rangka mengembangkan atau mengoptimalkan potensi diri.
Lainnya halnya sarjana yang bekerja di bidang politik. Kutu loncat adalah suatu keniscayaan. Alasan utama berpindah partai bukan semata karena ideologi. Namun kutu loncat parpol ini lebih memutuskan loncatan loncatan itu berdasarkan kemana arah angin bertiup. Jadi sah sah saja apabila para pelompat jarak jauh dan jarak pendek itu mengikat 8 jarinya dengan batu akik.
Pesan yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini adalah terkait kontribusi warga khususnya generasi muda. Anda tidak usyah kuatir tidak mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dituntut di perguruan tinggi. Sebaliknya anda harus yakin seorang sarjana itu adalah seorang intelektual yang mampu berbhakti  di semua bidang pekerjaan. Gelar sarjana adalah modal utama sebagai batu loncatan untuk melompat jarak dekat atau jarak jauh ke batu batu lain,……..
Salam salaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H