Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuan, dikau terperangkap dalam sangkar emas

12 Oktober 2011   23:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_135425" align="aligncenter" width="427" caption="Wahai kau burung dalam sangkar"][/caption] Terperangkap Tuan,   sadarkah tuan  telah terperangkap terkungkung dalam kekuasaan induk semang terkurung dalam lingkaran pemerasan 'smua keputusan dibawah tekanan Tuan, anda hanya menjadi simbol kekuasaan ***** berawal dari ketidak tegasan mudah  terombang ambing dalam kegalauan keraguan menyita alam pikiran ntah apalagi tindakan ***** sekarang saatnya menuai keresahan apa daya diri terkurung dalam sangkar sangkar berbingkai  birokrasi siluman tak berdaya dalam tekanan terpaksa ikuti skenario sang majikan ***** dikau bak burung dalam sangkar hanya pandai berkicau  senangkan induk semang pandai berkata tak pandai bertengkar wahai dikau burung dalam sangkar sungguh malang hidupmu  tertangkar ***** masih bisakah tuan keluar dari sangkar lihat, lihatlah rakyatmu terkapar menjadi korban para pengkhianat sangar hidup melarat terhempas laknat banggar mereka lapar ***** siapa yang akan membebaskan mu , Tuan perlukah lagi kami berkorban membela tuan membebaskan tuan atau,....... Tuan memang lebih suka hidup  dalam sangkar terperangkap dalam gelimang kesenangan menikmati suguhan nyaman dalam buaian terlena  dalam pujian terbiasa dalam suapan *****

Jakarta, 13 Oktober 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun