Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuan, Kenapa Pesan Itu Harus Lewat Bom Bencana

22 Maret 2011   12:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tuan tuan, dikau masih saudaraku

kita setanah air, sebangsa dan di takdirkan lahir di persada

kita cinta negeri ini, sangat cinta


Tuan tuan saudaraku

kini pesan pesan atau aspirasi   lebih mudah  diterima,

di alam demokrasi, kita bebas berpendapat, kita bebas bicara

bebas menyampaikan nasehat, ataukah menghujat, bebas berkeras suara

tetapi saudaraku, kenapa pesanmu disampaikan lewat bom bencana

bukankah itu mencederai diri saudara kita jua

terkadang, kami juga tak suka dengan pemerintah

tak suka dengan arogansi birokrasi yang menyebalkan muka

kami  juga muak dengan syahwat penguasa

dan kami juga tak suka pemerintah yang menelantarkan massa

tapi kami meyampaikan nya dengan berbagai cara

paling tidak unjuk rasa, atau dengan pena

memang terkadang rasa kecewa membuncah

rasanya ingin negeri ini segera berubah

negeri damai sentosa dan sejahtera

tuan tuan, saudaraku sebangsa

tak eloklah berpesan mencederai jiwa

hentikanlah, mari duduk bersama, kita musyawarah

dengan hati panas namun kepala dingin keluarkan bicara suara


tuan tuan kita masih saudara

hentikanlah cara yang tak berbudaya

kami tahu, dikau tak becanda

Tuan tuan saudaraku,  sampaikanlah pesanmu di media .........

Tempino,  20 Maret 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun