[caption id="attachment_323431" align="aligncenter" width="494" caption="Bapak Kemas Abdul Aziz (dok pribadi)"][/caption]
Pagi ini awak menerima telepon via hp dari Haji Muslim, bahwasanya beliau akan singgah kerumah. Tidak berselang begitu lama Haji Muslim telah tiba di depan rumah bersama seorang teman. Haji Muslim dan teman baru saja selesai berolahraga jalan kaki dari kediaman mereka di kawasan Kampong Tengah. Mereka terlihat berkeringat, kaos nan dikenakan basah kuyup.
Haji Muslim adalah seoranmg saudagar di Pasar Cijantung, beliau saudara sekampong dari Lintau Batusangkar Sumatera Barat, kami sering saling berkunjung untuk mempererat silaturahim kekeluargaan. Teman jalan kaki Pak Haji adalah Bapak Kemas Abdul Azis, berusia 72 tahun Warga Negara Australia.
Pak Aziz asli Palembang, sebelum berangkat ke Australia pada umur 19 tahun, tinggal di Surabaya, saat ini sedang berlibur di Jakarta dan bertetanggaan dengan Pak Haji Muslim. Pak Aziz seorang Apoteker, baru saja pensiun dari profesi yang telah digeluti selama 40 tahun di negeri kangguru tepatnya di Quinsland
Sambil menikmati minum teh panas dan singkong rebus di serambi rumah, kami saling bertukar cerita. Pak Aziz migrasi ke Australia ketika meletus G30S PKI tahun 1965. Selanjutnya kuliah jurusan farmasi dan mendirikan perusahaan pribadi berupa Apotek. Pada usia 30 tahun sah menjadi Warga Negara Australia setelah memenuhin syarata mukim lebih 10 tahun masih dalam status Warga Negara Indonesia.
Satu hal yang sangat mengejutkan didalam obrolan kami adalah tentang santunan hari tua. Menurut Pak Aziz sebagai WN Australia dia berhak mendapat dana subsidi pemerintah sebesar Rp 4.000.000 seminggu. Wadoh awak jadi tersipu mendengar kesejahteraan yang diberikan pemerintahnya dibanding dengan dana yang awak terima setelah 30 tahun menjadi abdi negara. Thats Right, Different.
Salam salaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H