Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jurus Jitu Agar Tidak Terjadi Migrasi dari Tabung Gas Elpiji 12 Kg ke 3 Kg

19 September 2014   05:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:16 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertamina Domain

Kewajiban Pemerintah melindungi hak dan kehidupan rakyat berupa pencukupan kebutuhan sehari hari yang sangat primer dan cukup serta terjangkau. Berbicara tentang kewajiban dari sisi pemerintah tentu saja harus diseimbangkan dengan hak rakyat.Titik temu dari Kewajiban Pemerintah dengan Hak Rakyat adalah terjadinya kesepahaman antara kedua belah pihak terutama hal hal yang menyangkut tanggung jawab bersama. Semua aturan hak dan kewajiban itu abadi tercantum dalam UUD 45 pasca amandemen 4 kali serta peraturan perundangan terkait.

Apabilatitik temu itu sudah berada dalam posisi memuaskan Pemerintah dan Rakyat maka kata kata manis berupa penyesuaian harga tidak akan menjadi masalah. Disinilah letak peran penting Para Birokrat didalam men sosialisasi kan setiap perubahan yang menyangkut hajad hidup orang banyak. Penjelasan awal naskah ini tentu bermuara kepada rencana bertahap Pertamina me naikkan kan (menyesuaikan) harga Gas Elpiji 12 Kg dalam rangka memangkas subsidi Pemerintah.  Disinilah letak kedudukan hukum sebagai domain Pertamina sebagai wakil resmi Pemerintah.

OK, tahap pertama menaikkan harga Elpiji 12 Kg telah dilakukan.Perubahan harga yang dianggap  masyarakat cukup tinggi itu disikapi dengan  tindakan berskala panik berupa memborong Gas Elpiji 3 Kg. . Wajar saja bila terjadi gejolak karena sesuai dengan hukum ekonomi konsumen selalu mencari harga terrendah terhadap komoditi yang mengalami penyesuaian harga. Apalagi alternatif migrasi ke harga Gas Elpiji 3 Kg yang lebih murah atau tidak naik harganya merupakan  peluang bagi konsumen yang setengah panik.

Sumber : Dokumentasi Pertamina

Filosofi Keadilan Dalam Penyesuaian Harga Gas Elpiji 12 Kg.

Sesungguhnya para pejabat teras  Pertamina sudah memperhitungkan segala sesuatu terkait penyesuaikan harga. Kenaikan harga bukan terjadi sekali ini saja, pengalaman Pertamina menghadapi gejolak selama ini cukup baik dengan membiarkan kepanikan itu menemukan “penyesuaian” seiring dengan berjalannya waktu. Ya kepanikan itu tidak akan berlangsung lama dengan catatan Pertamina tetap menyediakan (supply) guna mempertahankan distribusi Elpiji di seluruh nusantara via agen agen resmi.

Dengan demikian kebutuhan (demand) Gas Elpiji tetap terpenuhi walaupun Pertamina untuk sementara terpaksa menambah kuota Elpiji .Dalam hukum ekonomi terjadinya titik temu antara supply dan demand ditengah kenaikkan komoditas memerlukan waktu tertentu dan penyesuaian tersebut bisa di rekayasa dengan menambah supply sampai tercapai titik keseimbangan.  Ketika titik keseimbangan harga telah tercapai dimana stock Gas Elpiji beredar itu bisa didapatkan dengan mudah maka Pertamina bisa berlega hati. Kondisi ideal inilah yang ingin direkayasa sehingga harga Gas Elpiji tidak menjadi masalah lagi bagi rakyat sesuai dengan kemampuan kantong masing masing..

Falsafah birokrat kuno yang harus tetap kita ingat dan dilaksanakan adalah tentang kewajiban melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat.Untuk itulah negara di dirikan dan kemudian kewenangan diberikan kepada pemerintah berkuasa dalam dimensi waktu 5 tahunan. Falsafah kenegaran itu terletak pada kosa kata Keadilan.Makna

Nah bergerak dari makna sejati filosofi keadilan itu, Pemerintah, khususnya Pertamina telah melakukan policy dengan baik dalam penyediaan Elpiji. Pertamina sangat bijak membedakan kemampuan ekonomi rakyat dari isi kantong.That’s Right and Wise. Malah Pertamina telah bergerak lebih jauh ketika terjadi revolusi bahan bakar rumah tangga. Revolusi perubahan drastis dan fenomenal dari minyak tanah ke gas adalah suatu lompatan luar biasa yang berdampak sangat signifikandalam mengurangi beban subsidi pemerintah.

Proses perubahan selalu memerlukan waktu penyesuaian.Inilah kaedah alam (sunatullah) yang tidak bisa dihindari dengan catatan Pemerintah dalam hal ini Pertamina harus selalu konsisten dalam setiap melakukan perubahan itu dengan cara menyiapkan pintu pintu pengaman darurat dalam mengawal kebijakan tersebut.Salah satu contoh pintu darurat yang sukses di kerjakan Pertamina adalah menyiapkan Tabung Elpiji Gratis 3 kg beserta isinya kepada masyarakat.Pintu pengaman itu ternyata sangat besar perannya dalam mengurangi gejolak massal. Luar biasa perubahan minyak tanah ke gas yang dilakukan Pertamina mendapatkan apresiasi dari kalangan ekonom internasional sebagai suatu pembudayaan manajemen (culture management) yang patut di contoh oleh BUMN di negeri ini.

Penyesuaian Secara Berbudaya

Nah kini Pertamina dihadapkan oleh kerugian akibat subsidi Gas Elpiji semakin membengkak karena ketergantungan dari Negara lain. Dari sisi kewajiban Pertamina meng import Gas Elpiji guna menyiapkan persediaan  agar  dapur rakyat terus  berasap.Disisi lain rakyat dalam menuntut hak warga negara,  patut juga paham bahwa ada istilah gotong royong guna menanggung beban subsidi itu secara bersama.Tentu saja komunitas rakyat  harus dibedakan pada tingkatan ekonomi pada tataran ekonomi menengah keatas dan ekonomi menengah kebawah.

Perbedaan berat dan isi tabung Elpiji yang dilakukan Pertamina sebenarnya mempunyai aspek keadilan proposional.Berdasarkan data hanya 16 % konsumen yang menggunakan tabung Gas Elpiji 12 Kg. Selebihnya rakyat menggunakan tabung Gas Elpiji 3 Kg. Artinya beban kenaikkan harga tidak menyentuh konsumen kelas menengah kebawah.  (Lucunya) Sebagai makhluk yang berakal,  konsumen kelas menengah keatas terkadang lupa bahwa dia sudah menaikkan gengsi sendiri ketika memutuskan memakai Gas Elpiji 12 kg, namun masih juga memburu Elpiji 3 Kg..

Agak sulit juga menyadarkan kalangan menengah keatas itu terkait penyesuaian harga Elpiji 12 Kg.Walaupun Pertamina telah berbusa busa menyampaikan sosialisasi melalui media bahwa penyesuaian harga itu berupa kontribusi warga mampu untuk  menanggung beban ekonomi makro, tetap saja gerakan penyadaran itu tidak menuai hasil atau tidak mempan. Kenyataan yang berkembang di masyarakat, perbedaan harga dijadikan alasan utama nyonya besar nyonya kaya untuk memburu Gas Elpiji 3 kg yang sebenarnya hak saudaranya  berstatus dhuafa.

Mari Bermain di Gengsi

Saya sangat suka dengan karikatur Pertamina yang “ menyindir” konsumen bergengsi masih juga tidak malu malu menggunakan Gas Elpiji 3 kg. Sebenarnya sindiran itu bisa lebih bermanfaat apabila Pertamina memainkan gengsi nyonya besar dengan kiat kiat berikut ini. Budaya gengsi adalah keniscayaan yang melekat kepada seorang manusia yang berbanding lurus dengan jumlah harta yang dimiliki. Faktor gengsi ini bisa di main kan dengan cara memoles (me reformasi ) sedikit tampilan Tabung Gas Elpiji 12 kg.

1411049357927711903
1411049357927711903
Sumber : Dokumen Kompasiana

Maksud saya begini. Pertamina sebaiknya membuat terobosan baru dengan cara mendesain tabung Gas Elpiji 12 kg dengan desain kualitas super lux. Desain lux dan mewah akan menjadi ukuran gengsi ketika tabung gas tersebut di hadirkan di dapur orang kaya yang serba modern.Artinya Tabung 12 kg harus sebanding bentuk, warna dan chasing nya dengan dapur mewah sang juragan. Warga dengan status  kelas menengah keatas merasa bangga memperlihatkan kepada tamunya bahwa dia mempunyai peralatan tabung gas yang didesai super mewah.

Ketika tabung super lux  di beli pada agen agen tertentu atau dengan cara menggunakan jasa pengangkutan maka akan terlihat oleh masyarakat banyak bahwa tabung itu memang pantas masuk kerumah saudara saudara  yang mendapat limpahan rezeki berlimpah.Analog ini berangkat dari pemikiran bahwa mobil mobil mewah nyonya besar (kaya) meningkatkan gengsi siempunya.Mana mau mereka menggendarai mobil kualitas standard yang dipakai khalayak ramai.Gengsi dong. Ada waktunya nanti kita akan mendengar pernyataan : ” Mana mau Nyonya besar menggunakan Tabung Gas 3 kg, Gengsi donk !.

Menuju  Gas Elpiji Non Subsidi

Untuk lebih memberikan nuansa beda nyata antara kemewahan ( super lux) tabung 12 kg dengan saudaranya tabung Gas Elpiji 3 kg maka perlu ditambah satu kiat lagi ( tetapi mohon maaf ini rahasia antar saya dan Pertamina) . Kiat itu begini : ada baiknya tabung elpiji 3 kg yang berwarna unik itu diturunkan sedikit saja kualitas atau chasing nya.Masudnya tidak lain agar para nyonya nyonya besar merasa malu apabila tabung 3 kg yang jelek dan muram dan kusam bermukim didapur mewahnya.Inilah salah satu kiat nyeleneh (out of box) yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan bagi Pertamina agar proses tahapan kenaikan harga elpiji 13 kg di kemudian hari tidak menimbulkan gejolak berkepanjangan karena hilangnya migrasi dari tabung Gas Elpiji 12 Kg ke 3 Kg.

Untuk itu Pertamina kalau perlu mengadakan lomba desain chasing Tabung Gas Elpiji 12 Kg.  Tahap selanjutnya setelah ditetapkan desain Chasing yang baru maka  secara bertahap Pertamina memproduksi tabung tersebut. Tabung Gas produk lama yang sudah tua dan berkarat secara berkala ditarik dari pasaran kemudian di ganti dengan produk yang pasti menarik gengsi nyonya besar untuk dihadirkan di dapur mewah mereka.

141105411073773085
141105411073773085
cara Nangkring Kompasiana bersama Pertamina (Dokumen Dian Kelana)

Siapa tahu kiat meng gengsi kualitas super Lux tabung Gas Elpiji 12 kg akan menarik hati konsumen yang berada ditataran antara ekonomi menengah kebawah dan ekonomi menengah keatas menjadi konsumen “baru” tabung gas berdesain mewah.Sejatinya manusia merasa terhormat apabila dia mampu menampilan kelebihannya di hadapan orang lain. Inilah kata kunci untuk men sukses kan upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan beban kerugian Pertamina akibat Subsidi Gas Elpiji menuju Bahan Bakar Non Subsidi.  Apabila Pertamina mampu menjalankan Kebijakan Gengsi  melalui pendekatan sosial budaya maka  dana subsidi yang tadinya terbakar sia sia dapat digunakan untuk sektor pendidikan, sektor kesehatan serta untuk pembangunan infra struktur.

Salam Salaman

TD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun