[caption id="attachment_329898" align="aligncenter" width="527" caption="sumber : kompas.com"][/caption]
Tidak ada lagi Boneka
Tadinya judul tulisan ini bertajuk Lunturnya Dominasi Megawati. Namun dengan pertimbangan sesuatu terutama belum adanya pernyataan resmi dari Ibu Mega terkait cairnya hubungan Jokowi dengan Prabowo maka judul tulisan saya ganti menjadi Syukurlah Pak Jokowi Tidak Terikat Lagi. Setelah membahas lebih dalam inisiatif Jokowi mendinginkan suhu politik nasional maka judul tulisan berubah lagi menjadi Jokowi (berusaha) Melepaskan Diri Dari Keterikatan Partai. Substansi tulisan tetap mempertahankan motto penasehat, penakawan dan penasaran.
Jauh jauh hari ketika Jokowi muncul dipermukaan perpolitikan nasional, banyak pengamat politik mengatakan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Pejuangan (PDIP) sebagai pihak yang paling berjasa mengangkat harkat dan martabat Walikota Solo tersebut. Ibu Megawati dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PDIP akhirnya memutuskan menunjuk Jokowi sebagai calon Presiden ditengah belum munculnya kader partai yang mumpuni untuk bersaing di tingkat politik nasional.
Dengan demikian hutang budi Jokowi sangatlah besar kepada Ibu Megawati. Terlihat tindak tanduk Jokowi ketika dalam setiap kesempatan sangat menghormati Ketua Umum PDIP yang di tunjukkan dalam bahasa tubuh bahkan sampai mencium tangan. Membungkukkan badan itulah sikap yang sangat sopan Jokowi kala itu, Mungkin sikap Jokowi ini merupakan pembawaan nilai nilai sopan santun dari keluarga keturunan Jawa yang sangat menjunjung tinggi penghormatan sempurna untuk orang tua atau orang yang telah berjasa kepada dirinya.
Sampai sampai julukan Jokowi ditasbihkan sebagai Boneka. Itulah sandangan gelar Jokowi dalam proses pemilihan presiden sampai Jokowi melepaskan diri dari keterikatan Partai setelah bertemu dengan Prabowo Subianto saingannya dalam proses pemilihan presiden. Kita tidak tahu apa yang terjadi dibalik layar, apakah Jokowi telah meminta izin terlebih dahulu kepada Ibu Megawati, ataukah Jokowi memiliki inisitif sendiri menemui Prabowo 3 hari menjelang pelantikannya menjadi Presoden RI ke 7 periode 2014-2019.
Suhu Politik Nasional Adem
Pertemuan kedua putra terbaik telah digelar. Luar biasa pertemuan Jokowi dan Prabowo pada ulang tahun ke 63 pada tanggal 17 Oktober 2014 menjadi berita nasional yang menyejukkan. Sikap kenegarawanan kedua tokoh nasional ini mampu seketika mendinginkan suhu politik nasional. Sebelumnya Jokowi ber inisiatif menemui beberapa orang tokoh tokoh politik seperti Abu Rizal Bakri sebagai sikap yang patut dihargai demi kepentingan nasional. Inilah sikap positif Jokowi yang berusaha menampilkan diri sebagai Presiden RI milik seluruh rakyat Indonesia bukan milik satu partai atau golongan manapun.
Sebenarnya kondisi perpolitikan nasional saat ini dalam keadaan siaga satu. Betapa tidak pasca pesta demokrasi rakyat telah terbelah menjadi 2 kubu. Perpecahan bangsa di ambang kehancuran karena perbedaan perolehan suara sangat tipis dalam proses Pemilihan Presiden 9 Juli 2014. Tidak ada kemenangan mutlak hanya berbeda 7 juta suara saja. KPU di gugat sampai ke Mahkamah Konstitusi. Ada rasa kecewa yang sangat besar dari kubu koalisi Merah Putih setelah berjuang berdarah darah ketika MK secara konstitusional menetapkan Jokowi JK  sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019.
Pertemuan Jokowi Prabowo sungguh merupakan peristiwa sejarah fenomenal dalam mempertautkan kembali rakyat Indonesia yang terbelah. Itulah sikap negarawan sejati, lebih mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi dan kepentingan partai atau golongan Takdir telah menetapkan Jokwi dan Koalisi Indonesia Hebat mendapat kewenangan memerintah di posisi eksekutif, sedangakan Koalisi Merah Putih berada di posisi Legislatif sebagai penyeimbang.
Sikap Elegant Prabowo
Patut kita catat pernyataan politik Prabowo Subianto setelah bertemu dengan Presiden RI ke - 7 Jokowi. Pernyataan tersebut sungguh merupoakan suatu sikap politik yang menunjukkan jiwa seorang pejunag sejati yang sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Baik saya kutip pernyataan Bapak Prabowo seperti yang tertulis di social media beliau di Facebook.
Setelah saya renungkan mendalam, saya melihat di pihak PDIP dan koalisi mereka masih banyak patriot-patriot, anak-anak Indonesia yang juga cinta bangsa dan negara dan rakyat. Karena itulah saya memilih untuk terus berjuang untuk nilai-nilai yang kita pegang teguh yaitu Pancasila, UUD 1945 yang utuh dan asli, NKRI dari Sabang sampai Merauke yang kuat, yang adil, yang sejahtera, yang berdiri di atas kaki kita sendiri dan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Saya akan terus perjuangkan nilai-nilai itu, tetapi dalam kerangka senantiasa menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan dengan kita dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak otomatis harus menjadi musuh kita.
Oke, Indonesia damai, mari kita bekerja keras selepas serangkaian upacara seremonial Senin 20 Oktober 2014.Bekerja sepenuh hati sesuai dengan kapasitas warga apakah dia Presiden, Anggota DPR, Tokoh Masyarakat sampai rakyat kecil dalam menyumbangkan darma bhakti untuk kedigjayaan Indonesia Raya.
Salam salaman
TD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H