Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menghitung Peluang ARB Menduduki Kursi Ketua Umum Golkar 2014-2019

1 Desember 2014   20:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_338942" align="aligncenter" width="508" caption="Aburizal Bakri Ketua Umum Partai Golkar (www.tribunnews.com)"][/caption]

Munas Golkar IX

Musyawarah Nasional Partai Golkar telah di buka minggu malam 30 November 2014 di Nusa Dua Bali.  Pembukaan Munas Partai Tertua di tandai oleh pemukulan gong oleh Ketua Umum Golkar Aburizal Bakri (ARB) di dampingi oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan beberapa orang Pimpinan Teras Golkar. Walaupun ada beberapa warning dari berbagai pihak terutama dari Menko Polhukam tentang rawan ricuh penyelenggaraan Munas di Bali, ternyata tidak mengurangi antusias Dewan Pimpinan Daerah dari seluruh tanah air untuk menghadiri perhelatan penting yang akan menentukan masa depan Partai Golkar.

Penyelengaraan Munas Partai terbesar kedua ini mempunyai agenda pokok memilih Ketua Umum baru periode 2014-2019.  Sebelum penyelenggaraan Munas sempat terjadi 2 kali kekisruhan  di Jakarta yang berbuntut aksi kekerasan sehubungan adanya perbedaan pendapat tentang agenda pelaksanaan Munas. Perbedaan pendapat itu ditanggapi dingin oleh ARB karena dianggap sebagai dinamika Partai Golkar terkait dengan munculnya beberapa Kandidat Ketua Umum ditenggarai oleh aspirasi yang tidak ter-akomodasi.ARB menyerahkan aksi kekerasan itu kepada aparat keamanan.

Kekecewaan beberapa kader dipicu oleh fakta bahwa telah terjadi penurunan perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2014.  Beberapa kader menginginkan terjadi perubahan total di puncak kepengurusan karena ARB di anggap gagal mengangkat harkat martabat Golkar selama periode kepemimpinannya. Tentu saja kekecewaan ini bisa jadi meng atas-nama kan kader namun dibalik semua itu yang menjadi pertanyaan apakah sikap kritis tersebut murni dari aspirasi seluruh anggota Golkar.

Golkar Partai Besar

Sebenarnya apabila di lihat ditribusi perolehan suara di pemilu 2014, prestasi Golkar tidak jelek jelek banget.   Golkar berada di posisi ke dua bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan diatas perolehan suara Partai Gerindra.   Catatan ini perlu di nilai sebagai suatu persaingan ketat karena di alam demokrasi yang semakin transparan,  sangat sulit bagi  Parpol peserta pemilu mendapatkan suara secara dominan.  Lihat saja keterpurukan Partai Demokrat yang anjlok dalam perolehan suara akibat kasus korupsi oknum kader, sementara partai partai lainnya memperoleh suara dalam distribusi normal kecuali Partai Bulan  Bintang dan PKPI yang tergrederasi.

Munas Golkar akan berakhir tanggal 3 Desember 2014.  Ketua Umum terpilih mempunyai agenda besar meningkatkan kinerja mesin partai agar dalam pemilu 2019 Golkar kembali berjaya mengulangi sejarah sukses selama zaman orde baru. Sebagai partai tertua dan terbesar pada zamannya Golkar memiliki keunggulan tersendiri berupa kemampuan sistematis membentuk regenerasi kader.  Golkar adalah partai pemerintah pada dua puluh tahunan lalu, dimana proses regenerasi  kader yang tersebar di seluruh Indonesia berjalan secara alamiah. Sebagai partai pemerintah saat itu kader Golkar sejatinya adalah para pejabat pemerintahan dari tingkat desa sampai ketingkat pusat.

Memang ada penurunan elektabilitas secara signifikan setelah era reformasi, namun setelah itu secara perlahan dan pasti Golkar bangkit.  Keterikatan kader plus pejabat atau pegawai pemerintah ini lah yang masih dirasakan sehingga Golkar tetap berada dijajaran partai besar. Atribut kuning seolah sudah menjadi jati diri Golkar yang konsisten berada di jajaran pemerintahan dengan kualitas intelektual kader terpilih tidak bisa dibantah lagi.

KonsistensiKMP

Saat ini Golkar berada di Koalisi Merah Putih (KMP).  Tidak bisa dipungkiri perubahan posisi dari eksekutif ke legislatif di masa lima tahun kedepan sebagai pihak penyeimbang di legislatif merupakan komitment untuk tetap berbhakti kepada bangsa. Bersama Prabowo dan Hatta Rajasa, ARB berada dijajaran pemuka KMP.  Secara psikologis ada hubungan bermakna antara Jabatan Ketua Umum Golkar dengan keberlangsungan KMP.   Oleh karena itu dukungan dari KMP untuk mempertahankan ARB sebagai Ketua Umum Golkar periode 2104-2019 adalah sikap wajar di tinjau dari sisi kebersamaan dan keterikatan hubungan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun