Rentang waktunya tak terlalu lama, sebulanan. Setelah di Cisarua, Jawa Barat kami beracara di TMII, Jakarta Timur. Kali ini konkret. Lebih, malah. Lihat backdrop, dan bacalah: Pelatihan Menulis & Tour ke Pulau Maju.
Kerja bareng PPI dan Click bukan ujug-ujug buneng, deh. Tentu. Â Dirancang secara cermat dan menimbang kebutuhan para blogger dan vlogger. ItuÂ
sebab, pada Jumat yang petangnya ada gempa dari arah Banten sana, kami menghadirkan nara sumber untuk bicara: Menulis Cerpen, Branding-Strategi di era digital dan menulis Ekonomi-Keuangan  yang sesungguhnya bisa seksi. Â
"Saya membagi sebagian uang hasil honor yang saya peroleh hari itu kepada bang sopir," kisah Fanny, putri Gerson Poyk penulis novel Sang Guru -- yang saya baca empat puluh tahun lalu saat masih di Pemalang kota kelahiran. Novel pemenang Buku Utama.
Menjadi image agar tak bercap (stigma) murahan dan menjaga kredibilitas. Sehingga bisa dipercaya oleh lembaga yang membutuhkannya sebagai "buzzer" atawa blogger. "Meski kadang perlu menghitung. Jika yang recehan kalau sifatnya jangka panjang, ya dihitung. Kan secara volume besarannya lebih," tandas Iskandar Zulkarnaen.
Nah, giliran Isson Khairul sahabat sejak 39 tahun lalu. Serius. Sejak sama-sama single, di mana TS menulis cerpen dan mengambil honor dengan penjaga gawangnya dia, baca: redakturnya. Tahun 1982.
Acara kumpul, katakanlah begitu acara entengannya, sesama blogger menjadi bukan sekadar mangan-ora-mangan kumpul. Tapi saling berbagi. Juga bertukar informasi. Serta berjejaring. Agar dunia di net punya networking yang istilah Isson: jangan menulis karena emosi belaka. Karena suka dan atau tidak suka, lalu menulis. Namun ada celah untuk menangguk secara tidak kemaruk. Elegan, persisnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H