Apa yang terbaca dari foto dan teks di atas?
Rambut boleh sama hitam, namun pendapat bisa berbeda-beda. Kan sudah ada yang ubanan, seperti saya.
Cantik, masa nggak boleh. Wong saya pun senang dengan yang cantik-cantik, untuk kebutuhan penggambaran dalam menulis fiksi, misalnya. Wajahnya bulat, bulat telur atawa tirus. Bibirnya bak gendewa terentang. Alisnya seperti sepasang golok, dan seterusnya. Bisa dilanjutkan: bak hasil pahatan pematung piawai. Sempurna.
Era, digital dimanfaatkan, termasuk oleh para calon rakyat. Juga dalam gambar (capture) tersebut. Yang membawa calon DPD dari dapil sama (NTB) oleh si cantik itu menggugat. Sah? Nggak tahu. Yang jelas ia terpilih, dan digugat rekan sekampungnya itu.
Bagaimana MK -- yang baru memutuskan siapa yang berhak menjadi Presiden RI periode 2019-2024 -- memutuskan? Boleh jadi puyeng, meski sambil senyum-senyum. Sulit mencari pasal untuk membenarkan atawa sebaliknya. Â
Capture calon anggota DPD dipercantik itu, yang saya ambil dan unggah ke FB -- ternyata mengundang banyak komen. Â Biasa: namanya juga ada wajah cantik. Tidak hanya dari lawan jenis saja. Namun dari kaum hawa, kaum dari si calon DPD terpilih tapi belum sah itu. (Lha, itu sebab ia digugat dan menunggu keputusan MK).
Anda termasuk yang mana: setuju ia tetap terpilih atau sebaliknya? Jawab yang jujur. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H