Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan featured

Mengapa Saya Menerbitkan Buku?

17 Mei 2019   17:00 Diperbarui: 4 September 2019   17:11 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan enam puluhan, saya belum mengenal buku. Saya masih TK. Saya belum bisa membaca. Namun, saya dipilih menari berpasangan dengan siswi (lupa namanya).

Lingkungan saya, dalam hal perbukuan cukup mendukung. Terutama dari Uwak  saya yang tidak punya anak. Mungkin itu sebab saya dimanja olehnya.

Hampir tiap malam, saya diajak Uwak nonton film di gedung bioskop. Filmnya selalu berganti. Bahkan ketika berkunjung ke Pekalongan (berjarak 34 km) dari Pemalang tempat tinggal kami, saya diajak nonton film di gedung bioskop.

Bacaan Ringan  

Saya tinggal di Kota Pemalang, dan hanya bilangan sepelemparan batu dari terminal bis rumah kami berada. Dari situlah, saya mulai mengenal buku, saat duduk di kelas tiga SD. Persisnya komik.

Saya baca komik fantasi dari tokoh-tokoh:  Godam, Gundala Putra Petir, Laba-laba Merah, sampai silat semisal Si Buta dari Gua Hantu Panji Tengkorak, Pendekar Bambu Kuning dan semacamnya. Di situl jugalah saya bersinggungan dengan majalah hiburan.

Dan bahkan pada tahun 1971 saya sudah membeli majalah musik Aktuil -- yang diasuh di antaranya Remy Silado. Saya mengenal musik cadas Deep Purple, Led Zeppelin, ELP, The Who, dan memasang poster-poster grup Inggris yang mendominasi Amerika waktu itu.

Pada kelas enam, mulai menyukai buku silat Kho Ping Hoo. Pendekar Pulau Es dengan jagoannya Suma Han yang berkaki satu dengan rambut riap-riapan, melekat. Termasuk Bu Kek Siansu yang sakti luar biasa. Sehari bisa menghabiskan 4 jilid buku kecil berhalaman 64 atau 72.

Jadi, berjenjang saya kemudian mengenal buku. Dari yang ringan (hiburan) hingga kemudian yang rada mengernyitkan kening. Padahal, saya sekolah teknik, sebelum kemudian diiming-imingi kuliah di Publisistik (Komunikasi) di Semarang.

Saat itulah saya menulis cerpen pertama kali. Dan dimuat di Mingguan Jakarta: Simponi (koran berhaluan banteng) hehehe. Judulnya Putri Gunung.

Akhir tahun 79 dan awal 80 ke Jakarta. Ditenteng oleh Bung Smas -- yang memenangkan lomba menulis Novel Cinta Seorang  Penakluk -- yang kemudian difilmkan menjadi Gadis Penakluk. Kemudian hari, ia menulis sejumlah skenario untuk sinetron. Sorga di Telapak Kaki Ibu, hingga Kedasih yang panjang episode.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun