Ia, pengarang tetangga sebelah rumah di Pemalang. Seorang redaktur di penerbitan di Jakarta. Di situlah saya nyantrik. Menulis dan melay-out mingguan yang diasuhnya. Rubrik anak-anak.
Buku Pertama
Dalam waktu setahun, saya yang mengerjakan lay out dan edit di tempat kerja penerbitan bersama Bung Smas, pindah ke penerbitan majalah anak-anak, berdua dia. Menjadi redaktur. Tahun 1981. Tutup.
Lalu saya ditarik ke penerbitan buku (di perusahaan yang sama). Bukan menjadi penulis, tapi sebagai bagian artistik untuk buku-buku. Persisnya lay out, di era jadul. Judul menggunakan rugos atau letteraset. Huruf yang digosok untuk judul.
Di situlah, tahun 1982 buku pertama saya terbit. Ya, kesempatan lebih mudah karena saya kan bagian dari dunia penerbitan. Pemilik penerbit itu adalah Ketua IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Pusat.
Ceritanya ketika Moch Khoiri, dosen Universitas Negeri Surabaya ngojok-ngojoki untuk menerbitkan kumpulan tulisan teman-teman Kompasianer.
Tidak mudah untuk meyakinkan teman-teman. Istilahnya, menghubungi mereka yang kira-kira bersedia dan sudah "bisa menulis".
Jadilah buku pertama 36 Kompasianer: Merajut Indonesia, dengan kata pengantar Pepih Nugraha. (Kelak Kang Pepih banyak menulis kata pengantar untuk buku terbitan yang saya asuh).
Tonggak sebagai penerbit buku pun menjelma di sini. Meski buku indie. Buku yang diterbitkan secara mandiri. Terutama dari teman-teman Kompasianer.
Meski, dalam perjalanannya, menerbitkan buku dari peserta pelatihan menulis yang saya lakukan bersama Isson Khairul (mantan redaktur Majalah Gadis) di beberapa kota: Majalengka, Cianjur, Bekasi, Bengkalis, Cilegon, Bogor, Bandung dan kota-kota lain.
Sembari merangkul mereka untuk berliterasi. Terutama bagi guru-guru yang dipacu untuk berkarya tulis. Sekaligus untuk jenjang kepangkatan (KUM) bagi mereka. Buku yang terbit ber-ISBN dan Barcode.