Dia menggigit bibir bawahnya.
"Tidak terkira."
Aku mengkeretkan kening.
"Nggak ada angkanya?"
"Karena, saya yang pesan dan ini kupesankan untuk orang yang membuatku bersalah, sehingga untuk itu tidak ada angka. Yang ada nilai ....yang ada sebuah kejujuran ....yang ada sebuah penghormatan...."
Aku menggeleng-gelengkan kepala. Takjub. Donny seperti sedang membaca puisi: sebuah minuman tanda kesalahan dirinya.
"Donny pasti suka puisi."
Ia tertawa.
"Bener, kan?"
"Kan."
"Yang bener atuh."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!