Hm.
Dan inilah saat aku menghirup dan meyakini ruap harum apa yang ada pada lelaki di sampingku. Lelaki keren di tengah padang dan wangi strawberry. Kalau saja aku tidak direm, mungkin sudah kusandarkan ke lengan kiri Donny. Lelaki Bandung yang punya kumis khas, mengingatkan pada Jaka Bimbo menjadi trend dan digilai mamaku kalau bercerita tipe laki-laki di zaman jadul.Â
Ya, anggota group musik balada yang lagunya kusenandungkan di kamar mandi tadi. "Waktu Tuhan tersenyum lahirlah, Donny ...," desisku kuplesetkan, dan sangat hati-hati. Agar tidak menjadi humming yang tertangkap telinga Donny. "Tapi kalau Donny dengar emang salah?" Hihihi.
Mobil berbelok ke kanan, dan kami langsung menuju ke resto atas permintaan Donny. Untuk melengkapi janji mentraktirnya karena kesalahan bertabrakan di depan kamar yang kuinapi.
"Selamat siang ...." sapa Karta yang menggantikan Titin di resto.
Donny mengangguk. Aku menelengkan kepala kepadanya.
"Mau pesan apa?"
"Enaknya apa?"
"Ini sudah siang ...."
"Setelah pagi."
Aku mengikik. Donny pintar bermain kata-kata sekaligus logika. Ah, kalau tidak pintar, mana dipercaya untuk mengelola kebun yang entah berapa luas itu. Termasuk tempatku menginap dan resto yang tak banyak tamu. Mungkin para orang sepertiku sedang bertualang ke Tangkuban Perahu atau Bosscha. Atau naik kuda.