Semangat guru menulis, terpacu dengan adanya medsos dan blog. Jadilah para pendidik yang sejajar dengan hal pembelajaran menulis di media warga. Siapa saja (guru) dan kapan saja (di luar ruang kelas) untuk menulis. Sehingga para pembelajar ini menyadari. Bahwa menulis juga bagian dari sebuah pembelajaran. BAhkan dengan jangkauan lebih luas para pembelajarnya.
Saiful Amri, guru bahasa Inggris Kota Bekasi seorang yang sadar akan arti menulis. Sehingga jabatan MGMP Bahasa Inggris dimanfaatkan untuk sebuah himpunan guru -- lintas mata pelajaran -- untuk menulis. Bisa dimulai dengan cara bersama diskusi, seminar dan pelatihan menulis.Â
Tarikan itu terasa. Termasuk untuk buku Merajut Kata Membangun Asa (MKMA) buku yang berisi tulisan fiksi maupun non-fiksi. Pesertanya? Itu tadi, lintas bidang pelajaran, sampai mahasiswa dan pengawas Dinas Pendidikan wilayah Bekasi.
"Kehadiran buku ini merupakan terobosan penting dalam keterlibatan pendidik mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah," sebut Drs. Rahyon Sugianto, MM, Pengawas SMP Disdik Kota Bekasi.
Buku ini terdiri atas 31 (tiga puluh satu) tulisan, dari lima belas orang. Masing-masing ada yang menulis satu judul, dan lebih, tiga judul. Â Agaknya, ini bentuk dari sebuah niat dari para penulisnya yang digerakkan oleh Saiful Amri dan diberi sub judul: Kelas Menulis Penerbit. Kreatif.
Seorang guru tetaplah seorang pendidik, mengikuti apa yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Tak lepas dari masalah empati pada lingkungan sosialnya. Semisal pada Fenomena Merokok di Kalangan Pelajar SMP (Habib Sholeh), Fenomena Siswa Nongkrong di Jalan (Wiwik Roviyantini), Mencegah dan Mengatasi Kecanduan Pornografi pada Anak (Arif Purnama), Waspada Bahaya Narkoba di Sekitar Kita (Fifit Hijriati), Pembelajaran Siswa di Area Bencana (Saiful Amri) hingga yang sederhana: Bahagia Itu ... Menikmati Kebersamaan dan Kehangatan Keluarga (Ratu Nandi).
Inilah sebuah cara para pendidik yang bisa diteorikan dari hasil amatan serta pengalamannya sebagai seorang pendidik. Ada yang dibagikan tanpa berkesan seperti ketika berada di depan para siswa. Cair, dan sampai pada apa yang diinginkan dengan bahasa teks. Hakikat sebuah tulisan bukankah begitu?
Namun tak mengurangi dari mereka yang rada-rada serius dalam menuangkan gagasannya. Dengan kata-kata pilihan dan menghujam serta visinya. Ini tampak pada Arenarita Peni Andaryati: "Proses pembelajaran yang terjadi di kelas harus mengacu pada pendekatan saintifik, yaitu tahap mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan," halaman 53.
Dilanjut dengan teks Dedeh R. Azhari: Amazing Word of Iqro yang kuat referensinya. "Kebiasaan malas membaca dapat berubah ketika mereka diberi kesempatan membaca buku sesuai minat mereka." Ini pas dan klop dengan wahyu pertama kepada Rasulullah SAW. Apalagi memasuki bulan Ramadhan. Bahwa membaca literasi, lebih luas daripada teks semata, akan mengena pada anak-anak didik yang menjalankan puasa di mana ada peritiwa Turunnya Al-Quran.