Gerakan literasi di kalangan guru, wabbil khusus "untuk bisa menulis" sedang bergairah. Jalan pintasnya, menambah ilmu menulis dengan mengikuti pelatihan. Hatta itu guru bahasa yang nota bene mestinya terdekat dengan karya berupa teks ini.
Bertempat di SMP Islam Al Azhar 9 Kemang Pratama, Bekasi, Jumat, (16/2) hari Imlek, hari libur itu digunakan oleh guru-guru "berlatih". Yakni guru yang tergabung MGMP Bahasa Inggris Kota Bekasi dan beberapa guru yang berminat mengadakan acara pelatihan Menulis Novel dan Non Fiksi bareng Thamrin Sonata.
Acara ini berbarengan dengan bedah buku karya Saiful Amri dan Arenarita Peni Andaryati bertajuk: Oh, Adelaide (akan direview) di kanal media. Pas dengan dibuka oleh ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ) tingkat Kab. Bekasi, yaitu Hj. Neni Nafus. "Berliterasi bukan hanya menulis dan membaca buku saja, namun membaca gejala alam itu juga merupakan bagian dari literasi, maka berliterasilah."
Bayangkan! Pada hari libur, hampir tiga puluh orang guru menggunakan waktu untuk menambah ilmu menulis, dan kelak dipraktekkan. Sebuah niat kuat mesti diluruskan. "Buku jendela dunia, dan untuk membuka kuncinya dengan membaca. Tapi kali ini bapak dan ibu saya ajak untuk membuat jendela itu," ujar nara sumber tunggal Thamrin Sonata.
Langsung dipraktekkan Â
Di bawah ini, sebuah tulisan dari peserta sesi pelatihan menulis novel, ba'da salat Jumat di Masjid lingkungan Al Azhar. Ini sebuah cara:
Thamrin Sonata memberikan beberapa tips agar ketika menulis cerpen atau novel tidak kehilangan arah atau tersesat di tengah-tengah penulisan.
Yang pertama kita harus menentukan bentuk tulisan yang ingin kita buat, apakah itu berbentuk: Imajinasi murni, kisah nyata (fakta), atau perpaduan antara fakta dan fiksi (Faksi). Bungkusnya tetap bahasa prosa.
Kemudian yang kedua adalah menentukan Tema. Drama: Percintaan/keluarga, misteri, horor, humor, petualangan atau ditektif.
Silakan teman-teman yang menentukan.