Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ditegur Tuhan

25 Desember 2017   11:57 Diperbarui: 25 Desember 2017   13:26 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Menatap tanah sebagai asalnya. Ia menyadari telah memberikan jam tangan -- sebagai salah satu bukti -- kepada Setnov. Tak penting niat pemain licin ini mengembalikannya, dan kemudian oleh Andi dijual kurang dari satu miliar seperti ketika dibelinya: 135. 000 dollar AS.

Andi Narogong mengerti telah melewati dan mulai menjalani perintah Tuhan. Apa pun, kesadaran ini amat penting. Ia memberi pelajaran dari sebuah drama atau cerita film panjang melelahkan plotnya. 

Dengan para pemainnya yang baru (dan akan) diketahui di akhir cerita dalam creditetitle. Setelah dirinya, meski bukan pemain utama, ada nama-nama kejutan. Setnov, mulai muncul dalam persidangan. Di belakangnya Andi.

Nama-nama penting, mereka yang menyandang peran di mata publik, sebagai jabatan yang mestinya bermarwah. 

Apalagi sekarang ada yang menjadi kepala daerah, baik tingkat satu provinsi atau lainnya: tingkat dua kabupaten/ kota. Termasuk  yang kini menjabat sebagai menteri yang selazimnya panutan. Juga  menyalip yang pernah menjadi menteri, dan terus mengelak: saya tak bermain.

Andi Narogong telah ditegur Tuhan. Dan ia menyadarinya secara gegas, segera. Jalan berliku yang telah dirambah bukan jalan yang digariskan Tuhan. Itu paling penting. 

Karena apabila sudah mengakuinya, membuat persoalan lebih benderang. Dan segera terdengar kidung: tak selamanya mendung itu kelabu. Nyatanya hari ini, begitu ceria*.

***   

*penggalan lagu Kidung ciptaan Christ Manusama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun