Dateng ke Lippo Kemang, Jaksel dengan semangat 45. Bukan 100 persen semangat. Kenapa? Karena untuk acara Kompasianival  kali ini KutuBuku seperti komunitas lain di bawah naungan Kompasiana ndak punya kesempatan nangkring dengan booth-nya.  Karena sudah digiring ke ICD di Jogja lima bulan lalu.
Karena yang penting kopdar dan bersua dengan para kompasianer dari berbagai-bagai. Selain punggawa Isjet, Nurul Uyuy. Sedangkan Kompasianernya dari Palembang ada Dues K, Dokter Posma Siahaan, sampai Agung Prasetyo Surabaya serta para pemenang: Nanang Diyanto, Lilik Fatimah Azzahra (Malang) yang beruntung menyabet dua piala sebagai Best in Fiction dan People Choice. Atau Yon Bayu yang menang Best in Opinion dan ngajak makan-makan. Sementara Listhia juga menang Spesific Interest, selain Zulfikar Akbar nyabet Kompasianer of Year 2017.
Lha, kok semua yang menang kenal, sih?
Hahaha. Berarti sudah senior TS ini -- baca: tua! Memang. Apalagi ketika melihat Mbak Titiek Puspa masih petakilan (kerap menyebut diirinya begitu, ketika wawancara dengan beliau. Kebetulan, Pakdenya, Pak Suroto tetangga saya di Pemalang waktu meninggal Mbak Titiek melayat). Kayaknya masih enom wae.
Ya, iyalah, Mas. Sampeyan temen Mas Arswendo (tahun depan boleh tuh diundang spesial di Kompasianival 2108, nih!) Â sejak zaman nggak enak di Majalah HAI dan aku yunior sampeyan, delapan puluhan.
Itulah kelebihan jadi Kompasianer. Gampang ketemu orang terkenal dengan nangkring dan apalagi dalam acara heboh seperti Kompasianival ini. Hingga saya pernah menulis: Gampang untuk bertemu dengan Menteri. Cukup jadi Kompasianer.
Betul.
Klem kalau yang ndaftar 2500 orang di acara Kompasianival di daerah Kompasianer Kong Agil ini, menjadi mungkin saya pun tak mengenali 2000 orang itu -- apa yang 500 kenal? Ndak juga. Meski  terobati dengan kopdar bareng dedengkot (pembuka belukar Kompasiana) Kang Pepih Nugraha. Lumayan gayeng membicarakaan kekinian perihal media era milenial yang seperti sedang dimuntahkan oleh pelaku yang ndak punya latar belakang "orang media".  Sehingga nabrak-nabrak. Ya, apalagi ia pernah ke lembah Silicon Amrik sana, dan sudah menulis buku berjejak: tentang Kompasiana Sebagai Warga Biasa.
"Ndak!" sahut wanita Jawa itu.
Atau Dokter Posma Siahaan membawa krupal -- krupuk Palembangnya. Dan pada sore hingga malam pengumuman siapa The Bestnya, ada setidaknya empat anjing yang menyapa (merasa tetanggaan) Kong Agil.
Sayang, Pak Tjip dan Bu Lina, empat tahun berturut-turut hadir, kali ini absen. Juga Bang Iskandar Zulkarnaen, atau Bang Syaiful Harahap atau Kang Nasir si Jawara dari Cilegon, karena mesti menemani ayahn ya yang sakit. Kenapa yang disebut-sebut itu? Ya, nyari teman sebayalah. Masak mencari gebetan yang muda, hahaha.
Foto-foto: Indah Noing, Ikhwanul Halim dan TS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H