Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Es Krim Malam Ini

6 Agustus 2017   06:40 Diperbarui: 6 Agustus 2017   16:28 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Minggu Pagi 42

Aku bercerita sedikit. Tentang dia yang menghilang lama, tempatnya kutahu, suaranya kudengar, tapi tak wajahnya. Itu yang kujengkelkan. Lho, kok bisa? Ya, bisa. Sebab ini menjadikanku kangen pada es krim.

"Mau, dong ...!"

Aku menelengkan kepala. Suara itu seperti kukenal. Suara yang nyaris lama bersemayam di dalam diriku. Malam-malam, atau saat sendirian. Termasuk ketika di kamar mandi. Karena ia acap meminta memotong pembicaraan dalam telepon untuk izin pipis, dua menit saja, katanya. Ih!

Lalu aku entah mesti mencari ke mana. Seperti kemarin yang tidak kunjung kutemukan di mana sudut ruang dan waktu yang sepenuhnya hampa. Lalu diam. Semuanya senyap. Sepi.

"Kok diam?"

Ini jelas membuat kepalaku berat. Untuk kutengokkan ke kiri maupun ke kanan. Tak suara tidak juga rupa ada. Karena ini masih di ruangan yang kukenali selama ini. Tidur dan segala aktivitas di sini. Termasuk menghubunginya.

Ke luar pada hari sudah malam, dan menyambangi toko dua puluh empat jam yang juga menyediakan es krim, sungguh mujarab untuk mencari jawaban. Agar tak lagi kepala berat. Untuk menemukan dia.

Kuambil es krim dari pendingin dan kusodorkan ke kasir mini market yang mengepung ekonomi rakyat. Ingin aku mengutuknya. Karena mengingatkan ketika kubelikan dia es krim di Dago saat hari bebas kendaraan pada suatu Minggu pagi, penjualnya seorang akang dengan sepeda menyerupai becak. Sambil menikmati  nyanyian dari studio radio mobil dari tenggorokkan penyanyi muda energik. Bisa berupa Englishman in New York yang menyengat dari Stingnya Bandung.

"Ini saja, Mas?" tanya penjaga mini market itu ketika aku akan membayar es krim itu.

"Ya."

"Pulsanya sekalian?"

Aku menggeleng. Aku hanya perlu es krim. Untuk menekan dahaga wajahnya dengan menjilati seperti gaya dia sehingga melumerkan bibirnya yang agak tebal. Dengan aneka rasa itu saat kulumat habis. ***

AP, 6 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun