Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

ICD, Mesem di Ngasem

18 Mei 2017   14:00 Diperbarui: 18 Mei 2017   14:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jogja ...

Jogja ...

Jogja istimewa...!

TIAP peristiwa ada kisahnya: yang macem-macem. Bisa mengundang seru, haru, sampai yang lucu-lucu dan mengundang mesem, senyum. Tak juga di ICD yang berlangsung di bawah terik sengat mentari Jogja pada Sabtu (13/5) itu.

Sebelum memasuki gerbang bekas Pasar Burung itu, ah itu sebab banyak kabar bersliweran, kupotret gerbangnya. Ada ICD bertengger persis dengan Pasar Ngasemnya yang sudah kusambangi bertahun lalu.

Dua pembawa acara kerap mengundang tawa. Terutama dari yang laki-laki: seronok dan energik. Lha, piye: kata-katanya yang kaya kerap mengundang senyum. Malah ada temen yang lagi PDKT dengan someone bilang: aku asik nonton pembawa acaranya, Bang. Halah!

Siap...action!
Siap...action!
Ini gaya plesetan Jogja, pancen! Ndak aneh bagiku yang pernah gentayangan di Bumi Kota Pelajar, hampir genap setahun. Malah gaya ngepit alias ngontel dulu, lebih gayeng. Persis Bain Saptaman – wong kito galo – yang dadi nJawani setelah kepincut prawan Jogja dan tetap dadi guru Bahasa Inggris dengan gaya slengekannya.

Soal penampilan di stage: dari Bolang sampai ujungnya Jogja Hip Hop, sudah dilaporken temen-temen. Kayak apa remenya. Nah, kawulo mending ngambil yang rada-rada miring-miring. Ini bisa dilihat dari gambar yang kurekam secara snapshot atawa yang sering diucapkan bukan pacarku: candid. Bisa disimak.

ngasem-wwc-isson-591d42e3757a61e079eb75ee.jpg
ngasem-wwc-isson-591d42e3757a61e079eb75ee.jpg
Di booth KPK, satu di antara yang paling seru. Lha, ana wong dodolan jamu, dengan mbak ayu berpakaian luriknya menawarkan kunyit asem, paitan, sampai galian rapet, he. Kerna gratis, main tenggak aje Isson Khairul yang biasa ngomong dengan ekspresif itu. Glek-glek! Orang Padang ini doyan juga jamu pait.

“Mabok bae ...!”

Inyong, bahasa asli nJawane Pemalangan, melu-melu! Ikut gemuyu. Lha, lagi duduk manis dengan ngeliat-ngeliat wong Jogja sing santun – siapa tahu ada yang cantik, kan bisa dijadikan pacar dari kesahihan sebuah Kota Pelajar.  Tapi yang ada kok Tamita kayak genderuwo eh ...kuntilanak ndeyan, kan wadon die! Meden-medeni, nakut-nakuti. Dengan bedak adem diraupkan ke wajah bulatnya. Klik, klik! Ikhwanul Halim sigap merekamnya.

18402284-10155398410839885-8428448861051626894-o-591d4377317a61795a2d60df.jpg
18402284-10155398410839885-8428448861051626894-o-591d4377317a61795a2d60df.jpg
Memang. Ini acara komunitas yang disebut terbesar diadakan di Jogja oleh Kompasiana dan Tribun Jogja – sedulur bisnis-e. Seenggak-enggaknya para pehobi Kla Project Ness bisa membeli satu set album dari grup yang kondang dengan Jogjakarta:

Pulang ke kotamu/ ada setangkup ....

Memilin-milin hati, ketika menjadi back sound di Ngasem sesiangan-sore hingga ada Jazz Mben Senen yang melantun lagu-lagunya mampu menggoyang-goyangkan kepala atau jempol, hehehe. Mestinya, ini diperbanyak untuk musik dengan improvisasi dan harmoni di Bumi Mataram – sebelah belakang Ngasem itu Tamansari, lho ya. Masih kawasan Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat.

dolanan bocah
dolanan bocah
 Sementara di booth lain ada segerombolan anak muda dengan kreasinya: macem-macem pula. Lha, mau belajar fotografi ala jarum mentul, eh lubang jarum ya ada. Atau mereka yang asyik bermusik dengan alat musik ala kadarnya – namanya Nada Irama – tapi musikalitasnya ini Jogja Kang! Oke. Dem-dem ...! (Suara bass itu).

Trus inyong ngikuti dengan hati kebat-kebit. Ndak punya tambatan hati, sih. Kalau ada, coba! Wiiiih. Gadis tak langsing – yang langsung dan rada-rada semlohai – pun gak apa. Asal bibirnya kayak Farah Fawcett itu lho! Tipis dan basah. Yang bisa nembang dengan suara merdu: Oh, aku rinduuuu ...!

Jeda!

Maghrib, dan lampu-lampu berpendaran, spotlight di panggung pun mulai berkelok-kelok. Sebagian penonton sudah di amphi theatre – kira-kira gitu, deh! – menghadap ke panggung yang masih diisi dengan kocak tapi gurih kata-katanya. Ya, ya ya Sang Pembaca Acara laki-laki itu terus seronok menggoda mereka yang akan menerima hadiah dari Kompasiana. Satu tas kain putih.

ngasem-penonton-591d445b7fafbd6557d1fbef.jpg
ngasem-penonton-591d445b7fafbd6557d1fbef.jpg
“Kamu malem Mingguan kok pakene sendal jepit, to?” tanyanya kepada seorang lelaki muda bertubuh tinggi rada besar.

Cengar-cengir dia! Tak dia saja yang dikerjain. Namun ketika dua wanita muda – mahasiswi yang naik ke panggung – tak lepas dari sentilan-sentilan khas Jogjanan. Hingga Jogja Hip Hop ...yang mampu menggerakkan penonton, tak cuma yang ikut berpatisipasi dalam ICD seperti awal lirik lagu yang inyong kutip.

Jogja ...Jogjaaa ....Jogja Istimewa!

a-ngasem-ts-591d466bd893737726d2ed7f.jpg
a-ngasem-ts-591d466bd893737726d2ed7f.jpg
***

Foto-foto TS semua. Kecuali inyong karo Tamita dipoto Ikhwanul Halim        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun