Sret! Kena. R mampu secepat Gundala Putra petir menyabet foto dirinya. Lalu memelototi lama-lama. Manggut-manggut. Untung es krimnya sudah habis. Sehingga tak membuat foto itu tak tertetesi lelehan es krim.
“Ini ...”
R mengangkat wajahnya. Hanya sedepa, sebatang es krim kesukaannya mengece. Namun ia tak secepat kilat tadi menyambar foto. Takut es krim itu meleset. Berbahahahaya!
“Kamu kok baik banget, sih?” Cuma dalam hati. Takut lelaki penyandang camera yang mengaku dirinya TS itu ge-er. “Eh, bukankah aku sudah mengakui, ia setara dengan Pak Sabar tetangga yang memang keren itu?” Ah, lelaki yang ingin kujadikan suami ya seperti Pak Sabar itu. Sudah ganteng, meski sudah punya anak gede, bijak pula. Kalau pacar? Mungkin ya ....lelaki ini.
“TS ... mau motret lagi dulu. Jangan ke mana-mana, ya R?” katanya. Persis pesan seorang penyiar tivi.
Ingin R protes. Tapi demi ia sudah memegang dua potret dirinya yang ...hm, aku lebih indah dari aslinya.
R menghabiskan es krim pemberian itu. Hingga habis. Tapi si pemberi misterius es krim dan dua buah foto Raisa itu menghilang. Lama aku mencarimu.
Bum! Bum!
R menghentakkan kaki ke Bumi Parahyangan. Yang muncul, sayup-sayup lagu entah dari mana. Suara empuk dan menghanyutkan.
*Tiada hati sekian lama
Kini terisi mesra kehadiranmu...