Helda mengikuti perintah itu. Dan betapa kagetnya. Ia langsung membuang mangkuk mie rebusnya.
“Hiiiy ...!” seru Gintini pula, dan langsung membuangnya. Demi di mangkuknya berisi cacing.
Pedagang mie tek-tek itu pun gemetaran.
“Aku sudah melakukan ini sejak ...!” kata sesosok yang tak jelas wajahnya itu.
“Sejak kapan, Yat?” tanya Helda dan mendekati sosok tak diundang itu.
Mereka berdialog sebagaimana mestinya. Dengan gayeng. Meski Gintini bingung, ia melihat wajah sosok yang disebut Yatmi itu berdarah. Apalagi arah pembicaraan keduanya seperti dalam pementasan di atas panggung tadi. Bernas dan bermakna dalam. Sementara penjual mie itu sudah ngibrit ke arah gang yang ke kos Helda.
“Nah! Dia masuk perangkap!” kata sosok itu, dan meninggalkan Helda dan Gintini. “Aku bereskan dulu laki-laki sok ganteng itu ...! Dialah yang ....”
Helda menghela nafas dalam-dalam.
“Heh ...!” dengus Gintini. “Helda kok tenang menghadapinya?”
Helda tertawa.
“Kok malah tertawa.”