Atau ke Festival Danau Sentani (FDS) yang sudah dicanangkan sejak 2007 sebagai sebuah kunjungan terencana yang tak ada duanya itu. Di mana ada tarian kolosal dan bisa melibatkan 500 penari dari 24 kampung dan 19 distrik Jayapura di tepian danau dengan kostum khas mereka. “FDS merupakan upaya untuk mempromosikan pariwisata berbasis kekayaan alam dan budaya masyarakat setempat. Kami akan terbarkan Pesona Indonesia dan keindahan negeri ini dari Danau Sentani,” kata Mathius Awoitauw, Bupati Jayawijaya.
PapuaPerluDijaga
PT Freeport Indonesia, dengan beroperasi sejak Kontrak Karya Pertama April 1967 telah membuka setidaknya lapangan kerja 31. 694 orang (info Kita No. 240, Maret 2014). Di mana karyawan Nasional 73. 96 % dan karyawan Asli Papua 26.04 %, sedangkan karyawan asing 2.51%. Itu merupakan bagian dari sejarah dan perkembangan pertambangan di Bumi Cendrawasih, khususnya di wilayah Timika yang kecil berpotensi besar itu. Sebab, wilayah Papua yang luas itu belum bisa dijadikan keekonomian kawasan tersebut secara adil dan merata. Sehingga warga bisa terlibat dan menjadi bagian pertumbuhan di daerahnya.
Oleh karenanya perkembangan sektor wisata, sesungguhnya tawaran lain bagi warga Papua umumnya. Di mana PariwisatasebagaiPengungkit, meminjam istilah Tajuk KOMPAS (28/12), satu dari empat sektor unggulan ekonomi Indonesia. Bahwa sektor ini adalah bidang keempat setelah pangan, energi dan kelistrikan selain kemaritiman dan kelautan. “Berwisata ke berbagai tujuan di dalam negeri berdampak lebih dari sekadar kegiatan rekreasi” catat media mainstream ini.
Papua yang bermodal besar, selazimnya sebuah modal ke depan di samping modal berdaya dorong ke belakang. Yakni seperti adanya pembangunan jalan-jalan sebagai infrastruktur yang selama ini tertinggal. Juga, tentu menumbuhkan ekonomi kreatif, homestay, jasa kulier, transportasi sampai dengan telekomunikasi. Inilah asa dalam menumbuhkan ekonomi kawasan timur Indonesia yang satu ini.
Barangkali yang kemudian perlu dijaga adalah, apabila orang berkunjung ke Papua, tetap menghormati adat setempat. Ketika menghadiri Pesta Bakar Batu, di Distrik Wara, Abepura Kota Jayapura misalnya. Di mana kita bisa berbaur tanpa harus menjual akan keyakinan tertentu, yang berarti menerabas keyakinan agama seseorang yang berkunjung ke Papua. Sebaliknya, orang Papua tetap dengan adatnya tersebut. Kita hormati.
Bagaimanapun, berkembangnya sektor pariwisata adalah pelibatan semua unsur di dalamnya. Tumbuhnya ekonomi kawasan, berarti merangkul semua unsur dan warga setempat sebagai modal pokok, modal sosial. Jika ada pembangunan penginapan atau sektor akomodasi, mereka layak terlibat. Bukan sebagai penonton apalagi tersingkir. Menjadi (lebih) miskin, misalnya. Tidak. Tak boleh.
Papua dengan Raja Ampatnya adalah Surga baru destinasi Indonesia Timur kita yang menjanjikan. Dan wilayah ini dengan alam dan budayanya yang kaya layak berkembang sebagai sebuah kawasan lokal yang unik dan menarik. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H