Sebab, bila tak ada gerakan semacam ini, apa kata dunia? Generasi mendatang tak lagi bisa melihat dunia dari jendela yang satu ini. Hanya generasi yang melek pengetahuan melalui buku yang berisi ilmu secara lebih mendalam – bukan asa informasi selintas seperti di era kini.
Sederhana saja pikiran saya. Dari karya tulis besar seperti Ernest Hemingway, Williem Shakespeare Plato, Rabindranat Tagore, Jalalluddin Rumi, sampai penulis negeri sendiri Umar Kayam, Adinegoro, Chairil Anwar, WS Rendra. Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis kita diajak mengembara ke jalan-jalan lurus, dan kudus.
Walau sesungguhnya jika penerbit menjadi pilihan berarti bukan berarti sepi kekayaan. Sebab, kekayaan dari wilayah ini jauh melebihi dari modal jalan ke depan. Dan jika dalam empat tahun terakhir ini, kian menampakkan diri soal penerbitan buku, kenapa tidak? Ini mengingat usia yang tak bisa diajak tancep gas seperti dua puluh tahun lalu. Tenaga mesti diatur. Dan persambungan jejaring di Kompasiana memungkinkan. Angka empat puluh judul buku, bukan sesuatu yang disulap dari orang-orang yang memasuki era milenial.
*** Â