Inilah gayengnya sebuah acara Ngoplah kali ini. Dan sebagai acara berkait dengan fiksi, ndak bisa ndak, menggeret para penggiat peminta seni sastra: puisi maupun prosa. Teman-teman Edrida – yang bukan Kompasianer pun nimbrung. Juga teman Tamita, yang rela menembus kemacetan Jakarta dengan sepeda motornya ndatengin Ngoplah pertama perihal fiksi.
Kompasianer Muthiah Alhasany, sekretaris umum Wanita Penulis Indonesia pun mengharapkan gerakan soal sastra. Sepaham dengan Edy Priyatna yang kerap berkomentar dengan khas; Manstaf. Bahwa para Kompasianer “sama” dalam soal berkaya di tataran karya kreatif ini.
Dan dalam soal karya seperti ini, tak bisa tidak. Ikut mengundang mereka yang menggunakan bahasa-bahasa simbol. Termasuk bukan Kompasianer yang ikut bergabung dalam Ngoplah kali ini. Semisal Irene akademisi yang datang dari Bandung bersama temannya, dan Endro penggiat sastra dari Tangerang. Ini seperti menggenapi Isson Khairul yang didapuk untuk sedikit mengulik acara Ngoplah kali ini. Di mana ia mesti mencuplik penggalan puisi Goenawan Mohammad. Bahwa, karena kita bukan siapa-siapa, maka dengan “menulis” dan hadir dalam berkarya untuk menjadi “ada”.
Ngoplah fiksi yang pertama, barangkali perlu: (di)lanjutkan!
***
Foto-foto: Rahab Ganendra dan Ita DK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H