“Hingga anak-anak kuat setelah kumandikan dengan air danau di sini ….”
Aku tertawa.
“Kenapa?”
Aku menggeleng.
“Anak-anak yang lahir di September, dan dari tempat secantik ini akan seperti ibunya.”
“Ya ….”
“Dan bayi laki-laki yang lahir dengan matahari September, akan setegar ayahnya.”
Aku mengambil air dari minuman yang dibawa Septi. Kuteguk.
“Bagi, aku ….”
Aku menyerahkan, dan segera disergap mulut botol. Lalu diteguknya.
Bulan purnama September sempurna ketika sepenggalah. Di atas danau. Aku diam saja jari-jariku dielus-elus dan diurut-urut dari kelingking hingga ibu jari. Terus diulang-ulang. Septi seperti ingin menghitung hari-hari kami ke depan.