Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Sedang Menggantang Asap?

11 September 2016   16:07 Diperbarui: 11 September 2016   16:45 2695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Refleksi Idul Adha

Presiden persis sebelum sekarang adalah Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Ia dikenal sebagai pemimpin dengan autopilot-nya. Plus pemimpin peragu. Bukan peragu, tapi sikap kehati-hatian, tampiknya.

Fakta berikutnya, ia membawa gerbong Partai Demokrat sebagai pengangkut kadernya yang ditinggikan dan “mereka” mengingkari jargonnya: katakan tidak korupsi. Sejumlah kadernya bergelimpangan masuk kotak LP. Bahkan kendaraan baru (Partai Demokrat) itu terpuruk, meski mengangkat orang-orang yang dianggap loyal dan setia sekaligus dikenalnya. Termasuk sebagai partai yang menggotong keluarganya masuk ke jajaran pengurus secara besar-besaran.

Namun SBY ternyata tidak peragu ketika sudah tak RI-1. Dalam beberapa hal, ia menyentak dengan pernyataan-pernyataannya. Tentang kebijakan presiden sekarang. Berarti selama menjadi presiden, benar-benar ia berhati-hati menjaga jabatan penting itu. Seturut dengan sikapnya yang peragu. Dan perihal hutang pun di era ini melonjak tajam.

Berbeda dengan Joko Widodo dalam menjalankan pemerintahannya. Bergegas tak sebanding dengan sosoknya yang tidak segagah SBY. Kerja-kerja-kerja. Meski, memang  ada cukup lobang-lobang kelemahan. Mungkin karena bukan pengurus partai (atau malah hanya sekadar petugas partai?). Dan menafikan anak-anaknya – kebetulan tak menyeret-nyeretnya untuk mencari kekuasaan mestinya sebagai aji mumpung di ladang yang super-super basah. Namun justru, setidaknya, ia menjomplangkan kebiasaan menahun di sekitar ESDM – ladang super basah dan licin untuk mengeruk dari SDA kita. Bahkan Petral pun dijungkalkan, hal yang diemohi oleh presiden sebelumnya bahkan sang istrinya pun turut membantu menghalangi. Dahlan Iskan yang waktu itu menjadi Menteri-nya pun mundur teratur untuk soal kerukan Petral jika dibubarkannya.

Kita akui perihal ESDM dan siapa yang patut menjalankannya menjadi krusial. Dengan berbagai kepentingannya, dan bahkan pengkritisan warga biasa di medsos. Termasuk mengenai Archandra Tahar (AT) yang sudah punya KTP (asli) Indonesia lagi. Dan santernya untuk dimajukan lagi setelah 20 hari menjadi menteri ESDM.

Pro-kontra itu kian menajam seiring santernya AT akan menjadi pemegang tampuk tertinggi di Kementerian ESDM. Dengan berbagai sudut, termasuk hukum, kredibilitas, loyalitas dan hal-hal lain di belakangnya: keahliannya yang oleh sebagian masih diragukan. Akan seperti apa nasib AT, jika Jokowi mengambil keputusan itu?

Negeri ini, jelas, sedang tidak baik keekonomiannya seperti diakui oleh Sri Mulyani yang seksi menjabat sebagai Menkeu setelah ditarik oleh Jokowi dari jabatannya di tingkat internasional. Dan ini, tak lepas berkait-kait dengan politis. Kenapa seorang Sri Mulyani rela untuk meninggalkan kursi empuk dengan uang bisa dibawa pulang berlipat daripada menjadi Menkeu. Boleh jadi, orang-orang yang menugaskan Jokowi sebagai “orang partainya” galau tingkat tinggi dengan Sri Mulyani pulang ke Negeri ini.     

Jika kita mencoba waras, tak hanya mengedepankan “siapa”nya untuk terutama masuk di wilayah ESDM nan seksi ini, sesungguhnya kita mulai mengurai dan sekaligus sedang menata benang kusut negeri ini. Jalan tengah dari pro-kontra ini, selazimnya untuk kepentingan bangsa dan Negara secara bersama. Kepentingan politik bukan sebagaimana menganut Machiavelian. Bukan kerakusan sebagai panglima. Namun sebuah pengorbanan – kebetulan besok Hari Raya Idul Qurban – bukan kambing hitam dari musang berbulu domba. Karena tokoh-tokoh penyemangat ke pencerahan, dengan mengaku sebagai “Nabi” pun mereka bukan sang Messiah. Baju kepalsuannya pun terkuak kini. Anjurannya seperti menggantang asap. Jatuh berkeping-keping ke tingkat titik nadir.

Jokowi, apakah juga sedang menggantang asap? Jawabannya, selayaknya: tidak! Dan setidaknya, kita mendorongnya menjalankan tugasnya bukan sekadar petugas partai. ***    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun