Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cilegon Menjadi Tuan Rumah Kongres Rakyat Banten

24 Juli 2016   10:35 Diperbarui: 24 Juli 2016   11:05 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik khas dengan suara toat-toetnya (fotoTS)

Cilegon Ethnic Carnival (CEC), sukses dan bisa dijadikan acuan untuk tuan rumah KRB (fotoTS)
Cilegon Ethnic Carnival (CEC), sukses dan bisa dijadikan acuan untuk tuan rumah KRB (fotoTS)
Sore kemarin, Sabtu (23/7) mengantar buku tentang tokoh penting berdirinya Cilegon – yang memisahkan diri dari Kabupaten Serang, Banten: H. Tb Aat Syafa’at. Ya, Cilegon April 2016 lalu sudah tujuh belas tahun dan Tb Aat yang kerap dipanggil Wali sepuh ini sekaligus sebagai Abah. Pada usianya 69 tahun September nanti cukup banyak yang sudah disumbangkan oleh Lurah Jombang (1979-1996) ini.

Pagi ini, Minggu, ketika bangun dari lantai dua hotel tak jauh dari Kantor Walikota terdengar musik khas dengan dominasi suara terompet. Mirip nada Betawi-an ondel-ondel dan tanjidor. Saya teringat dengan beberapa waktu lalu berkaitan dengan pencapaian rekor MURI di acara GolokDay. Di mana seribu lebih pendekar dan dengan golok di tangan mengacungkan sebagai semangat, bahwa golok bagian penting budaya Banten dan Cilegon di dalamnya, tentu.

kong-banten-walisepuh-5794311fce7e618f0a6a0d7d.jpg
kong-banten-walisepuh-5794311fce7e618f0a6a0d7d.jpg
Abah Aat Syafa'at: Lurah-Walikota sepuh(atas). Golok Day, berkumpulnya Jawara dengan golok di tangan (bawah).
Abah Aat Syafa'at: Lurah-Walikota sepuh(atas). Golok Day, berkumpulnya Jawara dengan golok di tangan (bawah).
Ya, tiga hari mendatang akan diadakan pra Kongres Rakyat Banten (KRB) di Bumi Baja Cilegon. Seperti yang saya kutip dari Sutisna Abas, salah satu yang masuk panitia dalam persiapan hajatan ini: Rabu, 27 Juli pra Kongres Rakyat  Banten dan diharapkan tokoh-tokoh sepuh akan merumuskan untuk KRB pada 10 Agustus di Cilegon, di Hotel Grand Mangku Putra.”

Atau dalam bahasa yang lebih dalam, saya kutip Kompasianer Kang Nasir: “Di sinilah akan terdeteksi dan dirumuskan berbagai problem pembangunan di masing-masing wilayah yang harus dijadikan acuan oleh Gubernur yang akan datang. Dengan demikian KRB merupakan wadah yang tepat untuk menjembatani aspirasi rakyat dalam menentukan arah kepemimpinan Banten masa depan,” tulis Kang Nasir, yang baru menulis buku Catatan dari Cilegon di Kompasia (18 Juli 2016).

CEC yang cantik dipertontonkan oleh Cilegon (foto TS)
CEC yang cantik dipertontonkan oleh Cilegon (foto TS)
Jadi, musik yang kudengar dari hotel itu, ternyata sebuah arak-arakan kecil dari mobil adalah semacam pengingat. Jika Kota Cilegon bagian paling ujung barat Banten ini, agaknya memang  tak berlebihan untuk menjadi tuan rumah sebuah rumusan tentang Banten yang punya sejarah panjang perihal keinginan dan kebangkitan wilayah yang dikenal dengan kejawaraannya. Selain sebuah wilayah “baru” setelah memisahkan diri dari Jawa Barat.

kong-banten-kapal-579436a5a2afbd26421f8c45.jpg
kong-banten-kapal-579436a5a2afbd26421f8c45.jpg
Setidaknya, seperti dalam empat bulan saya ke Cilegon dan menemukan sebuah semangat sebuah wilayah yang dinamis dan cepat. Mungkin karena di sini ada berdiri pabrik baja terbesar di Asia Tenggara dan lebih lima puluh persen pabrik kimia di Indonesia. Di samping boleh jadi pula, karena wilayah Pelabuhan besar – kalau di seberangnya ada wilayah Lampung, Sumatera sana dan Gunung Krakatau yang meletus pada 1888 sebagai penghubungnya.

Cilegon Etnic Carnival pada April lalu, bisa menjadi salah satu keguyuban wilayah Banten yang plural. Dengan menampung berbagai seni budaya – terutama dengan diwakili pakaian yang telah dikreasikan oleh generasi muda Cilegon – telah mencuri perhatian. Mereka bisa segera belajar dari wilayah yang lebih dulu, dan bisa modern dengan pijakan kekhasan lokalnya.

Lalu, sebuah terobosan bagus dengan adanya Sail to Krakatau. Sebuah trip ke Gunung Krakatau perdana – akhir April – yang cukup sukses dan layak dilanjutkan sebagai sebuah agenda. Bahwa Kota Cilegon, memang punya potensi itu. Tentang kebaharian yang sesungguhnya masih perlu disemangatkan lebih maju ke depannya.

Musik khas dengan suara toat-toetnya (fotoTS)
Musik khas dengan suara toat-toetnya (fotoTS)
Oleh karenanya, Kongres Rakyat Banten digagas dan akan diadakan di Cilegon, sebuah keniscayaan yang tak mengada-ada. Dengan kondisi wilayah yang terbiasa mengadakan sebuah peristiwa budaya yang sesungguhnya dan semestinya tidak hanya dicitrakan sebagai daerah yang mengandalkan otot. Sebuah niatan yang selazimnya didukung. Tersebab ini menyangkut masa depan masalah wilayah Tanah Jawara. Semoga. ***

Tempat hajatan Kongres Rakyat Banten (dok. TS)
Tempat hajatan Kongres Rakyat Banten (dok. TS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun