Didik meski guru matematika, ia sama sekali tak gagap dengan bahasa (ber)cerita. Boleh jadi, karena ia sudah lama menulis, bahkan namanya masuk dalam sejumlah Antologi Biografi Pengarang Sastra Jawa Modern. Dan lebih dari itu, ia gaul. Bagaimana tidak? Jika ia seperti bermain secara asyik dengan kosa kata anak-anak sekarang – mereka, siswa-siswa yang memintanya untuk menuliskan kisahnya – yang umumnya cinta. Tanpa jatuh ke jurang n tak bermartabat. Ia selalu masih dalam tataran “enak” diikuti dalam sesuai masanya.
Oleh karenanya, saya menyebut karya-karya Didik ini jenis unik bin aneh. Atau sebutlah cerpen a la Didik ketika menjadi sebuah buku. Kalau tak percaya, simak larik-lariknya yang menggelontor dan dialog-dialognya yang percampuran Majalengka, Banyumasan dan Indonesia.
Judul : Fira, Haruskah Kutunggu Kau di Sorga?
Pengarang : Didik Sedyadi
Pengantar : Thamrin Sonata
Penerbit : Peniti Media, Pondok Gede
Tahun : Mei, 2016
Tebal : 220 halaman
ISBN : 978-602-73374-7-3
***