[caption caption="Sederhana acara baksos ini"][/caption]Jalan panjang menebar “Indahnya Berbagi Kasih” dimulai dari orang-orang yang punya kasih. Tanpa sekat karena SARA. Tak. Mereka yang biasa berkumpul di Jalan Slamet Riyadi, persisnya di Ista Devata bergerak untuk berbagi. Seperti, Minggu (6/3) serombongan bergerak ke kawasan dekat Parung Panjang, Kabupaten Bogor.
Mobil bergerak ke arah matahari terbenam, yang masih di timur saat itu. Hari masih pagi. Serombongan dengan tetuanya, Pak Deddy Tjipto. Dan di belakangnya: Bu Evy Tjipto, Bambang Purnomo Jati, Bu Anjar, Paulus, Heru, Bambang, Pak Harry, Bu Harry, Bu Menis, Ida, Nini, Jasmine, Dian dan David Tang yang tergolong muda usia.
Ternyata jalan menuju ke Desa Barengkok, Balaraja, Tangerang, Banten itu juga jalan panjang dan berliku. Memang, ini menuju sebuah kawasan tak bisa dibilang mulus seperti melalui jalan tol. Padahal, wilayah ini hanya sepelemparan batu dari ibukota Negara. “Namun ini sudah menjadi niatan kami untuk berbagi kasih,” kisah Pak Deddy seperti disebutkan sebelum tandang untuk bakti sosial kali ini. Sebelumnya ke Klenteng Chi Kung, Tanjung Kait, Tangerang.
[caption caption="Begini cara tim berbagi kasih"]
[caption caption="cukup dengan kursi plastik"]
[caption caption="berhadap-hadapan dengan warga sekitar Parung Panjang."]
Jelas sudah apa gerakan yang sudah tak berbilang dari orang-orang yang terbiasa dengan berbagi kasih ini. Banyak kota (dengan warganya) sudah mereka sambangi: Jogja, Semarang, Padang, Bandung, Pangandaran, Pantai Selatan bahkan hingga ke Malaysia. Jika mereka keahliannya semacam “penyembuhan” atau penyehatan kondisi fisik dan psikis, karena itulah yang menjadi sebaran dalam berbagi kasih. Termasuk kali ini menangani hingga sekitar 300 orang yang bisa direlaksasi dari kerutinan keseharian. “Ada yang menggunakan prana, pure awareness (PA), quantum, dan relaksasi.”
Mereka, warga di desa itu, seperti tak melewatkan kesempatan yang jarang datang ke situ. Bukan apa-apa. Bukankah ini semacam silaturahmi juga. Semisal apa yang dilakukan Jasmine, salah satu tenaga pengobatan yang berjilbab ini. Atau teman dari kaum hawa yang tak canggung dalam turun menangani orang-orang pinggiran itu. Berbaur.
Sampai di sini capaian tujuan dari rombongan Pak Deddy Tjipta yang sudah tak terhitung blusukan dengan berbagi, menjadi impas. Walau bagi warga yang dikunjungi kebanyakan baru “berobat ketika sudah mulai merasakan tanda-tanda kurang sehat.”
[caption caption="Warga berdatangan, antusias. "]
Tak apa bila ada beberapa warga yang ditangani sesuai dengan kemampuannya para Pembagi Kasih ini. Seperti Bambang Jati. “Penyakit pada umumnya, kita tangani dengan memandu mereka secara rileks. Tidur. Itulah penyembuhan secara alami yang saya tangani, di mana sebelumnya saya tanyai tentang kondisi yang bersangkutan,” ujar pensiunan PNS dari Kepulauan Seribu yang sudah menjelajah banyak wilayah untuk urusan bakti sosial. Ia bahkan dikenal sebagai Si Ringan Tangan dari Kepulauan Seribu.
[caption caption="Mereka yang Membagi Kasih, rileks"]
[caption caption="Perlu eksis, hehehe."]
[caption caption="Sebagian tim mejeng."]
Oleh karenanya, hari Minggu hingga siang warga yang diatangi mendapatkan sentuhan secara manusia, di samping bentuk fisik: sembako. Juga beberapa buah kacamata baca untuk mereka yang membutuhkan. Inilah indahnya berbagi kasih. Antara yang membagi dan yang dibagi tak berjarak. Sehingga jalinan ini sebagai sebuah jalan ke pencerahan bersama ke depannya. Mudah-mudahan. ***
foto-foto: dok Bambang Purnomo Jati, David Tang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H