Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Di “Berkas Kompas”: Jalan Berliku Mendapatkan Sianida

5 Maret 2016   06:55 Diperbarui: 6 Maret 2016   08:12 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gayeng mendengar tim Kompas TV melacak dan mendapatkan sianida. Plus nara sumber yang berkompeten. (foto:TS)"]

[/caption]

Toh, sebagai awak media Mercy Tirayoh, perlu membuktikan hasil pembelian sianida itu. Seberapa jauh efek dari racun jenis yang popular namun menjadi benda yang asing bagi banyak orang. Seperti apa bentuk dan efek yang ditimbulkannya itu. Maka dibawalah sianida itu ke laboratorium Kimia, FMIPA Universitas Indonesia dan dibawah pengawasan ahlinya Dr. Rer Nat. Budiawan. Di sinilah diproses, dan diambil gambarnya sebagai bagian produksi acara/ program investigasi a la Kompas TV. Konkret dan meyakinkan.

                Seperti kemudian bisa dilihat dari tiga cangkir kopi dalam uji coba ini, yakni:

1.       Cangkir pertama: kopi dibubuhi 15 gram sianida dan diaduk. Ada perubahan menjadi kuning mirip kunyit.

2.       Cangkir kedua: kopi dibubuhi sianida tanpa diaduk. Tak ada perubahan warna.

3.       Cangkir ketiga kopi tanpa dicampuri sianida. Hasil akhirnya sama seperti warna kopi, hitam.

 

Ya, jumlah 15 gram sianida mengacu pada “laporan” Polisi tentang racun yang dibubuhkan ke minuman yang “meracuni” Mirna itu. Jumlah yang bisa disebut over. Karena, “Cukup dengan 6,4 gram sianida, seluruh organ tubuh manusia sudah langsung berhenti berfungsi,” tutur Dr. Budiawan. Alias dead! 

Sampai di sini, meyakinkan hasilnya. Dan sebuah kerja diam-diam, yang disebut kru Kompas TV ibarat “kerja” ditektif yang tidak sia-sia. Bisa meyakinkan pemirsa, bahwa begitulah kerja sianida kalau dicampur dengan kopi dan diaduk. Sampai di sini  pula kerja dari Kompas TV. Tim Berkas Kompas, tidak bisa melebihi Polisi dalam menyidik kasus yang menyedot perhatian publik.

Ternyata bedah Berkas Kompas kian menarik. Setidaknya ada banyak data, terutama tentang racun-racun yang menjadi "makanan" Dr. Budiawan yang pernah ke Jerman, Jepang sebagai bahan perbandingan dengan Indonesia yang dianggap kelewat lunak dalam mendapatkan “racun-racun berbahaya” di penjualan bebas. Bahkan ia menyebutkan, Amerika Serikat saja sampai perlu belajar dari kasus Bom Bali – karena kemudahan “warga biasa” mendapatkan bahan-bahan berbahaya di toko kimia.

                Dengan kasus racun yang membunuh Mirna di Kafe Olivier itu, menjadi pelajaran bersama. Bahwa sianida, atau bahan mengandung racun lain yang sebenarnya bisa digunakan untuk kebaikan. Semisal dalam sianida untuk memisahkan unsur-unsur logam, antara emas dengan tembaga. Menjadi bagian untuk pembuatan peralatan rumah tangga, rokok dan sebagainya. Untuk itu  perlu sebuah aturan main yang jelas. Sehingga dibutuhkan “hukum” yang mengaturnya secara adil.  Tidak disalahgunakan, dan bila digunakan untuk kejahatan, ya ada sanksi yang jelas dan tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun