Bukankah tindakan selfie itu, sebuah kesalahan fatal? Tak terpikirkan oleh, terutama, yang perempuan. Pihak yang kerap menjadi kalah dan bisa dijadika pemerasan jika di kemudian hari keduanya berpisah karena suatu hal, biasanya disebabkan emosi mereka yang memasuki usia labil (sturm drunk periode).
Selfie, memang sebuah pekerjaan gampang. Baik dilakukan oleh anak perempuan maupun laki-laki. Dan selfie dianggap akan menambah kegairahan pasangan (belia sekalipun) yang merasa kurang lengkap tanpa itu. Entah sebagai tanda sayang untuk kenang-kenangan (Kok, sepertinya akan menjadi perpisahan?) dan seterusnya. Sebuah tindakan mudah dengan Hp modern di tangan yang menjadi pegangan pasangan muda sekarang.
Medsos Bagian dari Modernitas
Pertama, saat bisa kita baca dari apa yang tertera akun FB. Di mana si anak perempuan, dengan bangganya bahwa ia disebut sebagai: Gw tuh orangnya cantik-imutt oleh mamanya. Selain, di situ ada teks. Bahwa ia lahir dari orangtuanya yang: anak didik mamah hasil goyangan papah.
Dari akun si anak perempuan itu, jelas. Setidaknya ia tak begitu gagap-gagap amat dalam soal menggunakan media sosial ini. Yang menjadi soal, ia kenapa mesti berselfie dengan pasangannya? Jika kemudian ada “kecelakaan” kalau hasil selfie berduanya sekarang bisa “dibaca” oleh jutaan orang. Lepas dari siapa pun yang memanfaatkan hasil ngamarnya itu.
Filter dari penggunaan era modern tidaklah gampang. Kalau tidak, bukan saja sekelas seorang super star, ganteng yang bisa “memangsa” lebih dari seorang artis sebagai koleganya di ranah dunia hiburan. Hal yang sangat gampang. Jadi, si anak perempuan belia itu pun berpikir, kenapa tak bisa menirunya? Ya, meski kali ini bukan secara “gambar hidup” dan teknis per-ML-annya tersebut.
Seks yang Dangkal
Teks atau status akun FB si anak perempuan yang menyebutkan ia merupakan hasil “goyangan” mama-papanya, cukup mejelaskan. Bahwa ia punya sedikit pengetahuan “reproduksi” organ orangtuanya. Setidaknya, ia lahir dari sebuah perkawinan atas nama agama (apa pun).
Namun kosa kata “goyangan”, bisa menelisik seperti apa ia berpengetahuan tentang “reproduksi” dirinya itu. Bahwa ia buah hati dari orangtuanya. Meski, secara dangkal dipahaminya. Karena, ia buktinya melakukan hal yang sama dan tak memikirkan akibatnya.
Selanjutnya teks: Dan klo ngomong gw mah orangny ceplas ceplos. Selebihny ketemu aj dahh.
Pada teks ini seperti ada tawaran mudah dirinya untuk urusan seks. Bisa dibaca sebagai, bahwa ia “gampangan” dan bisa dengan siapa saja.