[caption caption="foto: r.mrol.co."][/caption]BAIK. Hari-hari ini, di bulan Februari yang rada kerap diguyur hujan, politik negeri didominasi tentang Partai Beringin, Golkar. Apa sebab? Menjelang Musyawarah Nasional Partai Golkar April mendatang. Isu terhot, ya apa yang dilakukan bakal calon ketua umum. Mereka menebarkan uang.
“Informasi yang saya dapat ini valid dan sahih sehingga pada saatnya, jika dibutuhkan, siap saya ungkap!” sebut Akbar Tanjung, Ketua Dewan Pertimbangan GOlkar. Menakjubkan, bukan? Dan apa kita ragu kalau yang omong orang dalam dan penting? Lebih-lebih, sesungguhnya politik uang di partai yang paling sah mendukung Pak Harto di eranya ini dengan tambahan, “Terus terang, praktik politik uang ini sudah dimulai lama hingga akhirnya hingga akhirnya menjadi kebiasaan dan membudaya. Kemudian terbawa sampai sekarang, padahal, saat ini momentum Golkar untuk membenahi diri.”
Kita tak gagal paham, sampai di sini. Ada dua hal, “sudah sejak lama” dan “membenahi diri”. Jika digabungkan: memang Golkar sarangnya dalam soal main-main uang dalam berpolitik. (Apakah partai yang lain tidak?). Anda bisa menambahi di sini.
Lalu siapa saja yang berkemungkinan bermain becek-becekan uang para bakal calon ketum Golkar itu? Yang muncul ke permukaan adalah Setya Novanto, Ade Komarudin, Aziz Syamsuddin, Idrus Marham, dan Mahyudin nama-nama untuk maju menjadi orang nomor saru di Partai Beringin. Berapa uangnya? Jelas, akan saling dielakkan oleh mereka. Namun jika menelisik ucapan Akbar Tanjung, “Mereka saling jojor-joran.” (Kompas, Minggu 28/2).
Beberapa hari setelah Ical “dimenangkan”, ya dimenangkan dalam memilih ketua umum Golkar lalu, saya rapat dengan orang dekat Surya Paloh yang “dikalahkan”, bukan soal politik. Teman yang dari media itu, bercerita tentang “perang uang” dalam sesi pemilihan Ketum itu. Di mana Surya sudah sedemikian yakin, setalah mengkarantina kader-kader yang siap memenangkan Surya itu dengan taburan uang. Namun apa lacur (hm, pelacuran biasa di tubuh partai). Icallah yang menang. Lalu, saya dan beberapa teman yang ikut rapat disuguhi video – lewat rekaman CCTV – uang yang tumpah dari tas-tas persis di depan lift. “SBY pun berperan di situ,” kisah teman itu, mantap.
Inilah akumulasi dari budaya yang disebutkan Akbar Tanjung perihal teman-teman – atau persisnya yuniornya – yang suka dengan permainan uang untuk “kemenangan”. Jadi, betapa temen-temen Golkar itu tidak bermain di luar partai Beringin? Semisal Setnov saat menjadi orang nomor satu di DPR tak bermain-main dengan uang dalam berbagai kasusnya? Semisal soal “Papa minta saham”.
Sebenarnya, jika tak dihembuskan oleh sesepuh Golkar Akbar pun, rakyat yang tak berpartai secara langsung, tahulah apa arti uang di lingkungan Partai ini. Namun kian menjijikkan, ketika seolah-olah ada usaha menghadirkan KPK atau Polisi dalam hajatan di dalam tubuh partai itu nanti. Persisnya, hanya “Kiranya dikau si racun asmara/ menjual madu di bibir nan merah.” Dalam Juwita Malam.
Mungkin, Golkar Juwita Malam? Anda boleh menafsirkan yang lain. Silakan! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H