Sudah banyak yang diberikan oleh Nur Rohim pada anak-anak dan orang tak jelas asal-usulnya itu. Maka ketika itu pula, sebagai Kompasianer yang “hanya bisanya menulis” dan saya menawarkan diri untuk ikut berbagi, seperti sekadar “mengajar” menulis, maka langsung disambut oleh Nur Rohim. “Jadi relawan saja, Bang Thamrin. Kapan waktunya, saya sediakan anak-anaknya,” sahutnya antusias.
Ah, malu rasanya diri ini, bila dibandingkan dengan Nur Rohim, guru besar bagi mereka walau tak jelas asal-usulnya itu. Atas cahaya hatinya yang diselimuti kasih sayang yang panjaaaang … pada pendidikan untuk perubahan yang lebih cerah. Sebagai Nur Rohim. ***
Foto-foto: TS
Angkasapuri, 31 Januari 2016