Tawa pun berderai-derai. Terutama Tigor yang suaranya bariton itu. Daeng hanya geleng-geleng saja. Melihat tingkah teman-temannya malam itu di gardu yang disaput gerimis Bulan Januari.
“Sesungguhnya apa sih pesan lagu itu, Kromodongso?” tanya Daeng tak bisa menahan diri.
Kromodongso tak menjawab, malah tertawa ngakak dan menuding ke arah Daeng seraya seperti meminta dukungan Asep, yang kebetulan hafal lirik lagu dangdut dan tadi ikut duet bersamanya.
“Itu lagu Partai beringin ….!” kata Asep, malah.
Kromodongso menjentikkan jarinya.
“Nah! Sodokan yang pas. Nggak ada tafsir lain. Ndak menye-menye seperti umumnya orang partai yang ada di Rumah Rahayat itu!” cetus Kromodongso.
“Kamsudnya?” tanya Daeng, polos, bukan maksudnya.
“Nah! Cerdas kamu sekarang. Seperti orang-orang Beringin itu.”
Daeng garuk-garuk kepala.
“Awaaaaaas …!” seru Kromodongso mengingatkan Daeng.
“Kenapa?” tanya Daeng, lugu.