Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasianival 2015, Istana dan KutuBuku

14 Desember 2015   08:25 Diperbarui: 14 Desember 2015   09:24 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sen, ini pemenang kedua ketika Anda menjadi juri lomba nulis beberapa waktu lalu,” kata saya mengenalkan kepada Seno dan akan berfoto bersama.

“Oya?” sahut Seno yang tetep gondrong seperti pendekar bak novelnya Pendekar Naga Bumi yang tebal itu. 

Apalagi kalau tidak memanfaatkan terhadap kehadiran Seno untuk KutuBuku, dan terutama bagi temen-temen yang kian pede menerbitkan buku secara indie. Sehingga ketika Bang IZ yang punya baru kumpulan cerpen Mandeh, Aku Pulang, Taufik Uieks dengan buku gresnya (karena persis hari itu diambil anak saya dari percetakan) bertajuk: Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia dan Pak Tjip di panggung. “Sekarang kan tinggal memikirkan bagaimana memasarkannya. Kenapa tidak nanti bisa menjadi best seller!” komentar Seno yang naik panggung tentang tiga Kompasianer kolega KutuBuku itu. Nah!

Inilah niatan KutuBuku. Jalan sunyi yang ditempuh komunitas yang saya gawangi bersama Isson Khairul (nominator di Kompasiana 2015 ini). Menjaga peradaban. Bahwa jejak, terutama, para kompasianer satu di atara melalui buku, ya. Bila saat-saat ini masih berbentuk buku cetakan dari jejak mesin Gutenberg, namun larik-larik kata bagian dari “tranformasi” untuk generasi mendatang menggunakana digital, tetap dibutuhkan. Hanya beda media.

Maka, hari kedua KutuBuku menghadirkan budayawan Mohammad Sobary. “O, nulis itu bentuk kemarahan saya. Kalau ndak nulis ya …salah!” bla-bla. Ia marah, karena seperti bukunya “Demokrasi Ala Tukang Copet” yang dibawa dalam bincang-bincang bersama Isson KutuBuku, dipaparkan secara sengat dan guyon yang melaburinya.

Busyet dah temen Gus Dur yang satu ini – yang sering ke Istana dan “tukang bisik” waktu itu. Namun, ia menyambut baik untuk berbagi bersama kompasianer untuk menjaga kewarasan dari kekacaubalauan: kekayaan negeri kaya tergerus dan lingkungan yang kroak. Ya, persisnya KutuBuku nanti akan mengajak kompasianer dalam workshop tentang penulisan. Dan perlu diingat, ia pun pernah menulis novel anak-anak 80-a berjudul “Sang Juara”. Ah, persis bener dengan tema Kompasianival kali ini, 2015.

Klop!

Tiga buku Kompasianer, anggota KutuBuku. Bisa best seller, kata Seno Gumira Ajidarma (dok: KutuBuku)

***

Foto: dok KutuBuku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun