dok: Kompasiana
BUKAN jalan-jalan biasa, yang dilakukan Taufik Uieks, penulis buku ini. Jika orang Indonesia pergi ke luar negeri untuk keperluan “jalan-jalan”, selalu ada dua: Liburan dan perjalanan spiritual. Yang pertama senang-senang dan yang kedua, biasanya, Umroh bagi Muslim.
“Saya didorong oleh Pak Thamrin Dahlan, dan kemudian menjadi kecanduan nulis di Kompasiana,” jelas Taufik Uieks aslinya Taufik Hidayat. Sang penulis ini, bisa dibilang satu-satunya penulis perihal jalan-jalannya di dunia di Kompasiana.
Minggu (13/12) siang ini ia akan nongkrong di booth KutuBuku. Menongkrongi tulisan-tulisannya di Kompasiana yang telah dibukukannya dengan tajuk “Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia”. Buku yang bersampul Masjid di Adu Dhabi nan megah ini dengan dihiasi gambar-gambar berwarna. Sebuah perbandingan antara masjid di kota dunia satu dengan masjid kota dunia lainnya. Dari sisi arsitektur dan siapa-siapa yang beribadah di situ. Termasuk seperti apa pengelolaannya.
Taufik Sang pengembara Smart
Taufik mengembara-menyambangi-mendatangi masjid. Tak sekadar shalat, karena bukankah bisa dilakukan di hotel atau tempatnya nginap. Karena ketika ia selesai shalat mencari tahu tentang sejarah Islam di kota/ negara, pengelolaan dan kadang arsitekturnya.
Sehingga kita tercengang dibuatnya. Di mana ia pernah, terpaksa menjadi marbot. Naik ojek, sampai shalat di masjid yang mazhabnya berbeda. Lalu, kita jadi tahu bahwa ada masjid yang hendak digusur karena untuk kepentingan olahraga tingkat dunia. Atau tempat ibadah yang pernah dijadikan “sarang teroris”. Pun masjid yang menyelamatkan non-muslim ketika terjadi “perang saudara”. Masjid dengan halaman yang luasnya mencapai 30 hektar. Atawa untuk shalat mesti membayar, karena tempat itu sudah menjadi “tujuan wisata”.
Taufik, boleh jadi, satu-satunya orang Indonesia sudah menyambangi lebih lima puluh Negara, dan selalu menyempatkan diri untuk mencari masjid. Yang disebutnya sebagai pengembaraan yang belum lengkap tanpa mendatangi tempat ibadah yang kadang unik dan penuh warna itu.
“Jikalau bahasa Carl Gustav Jung, Fully Functioning Person. Abraham MAsloh bilang Self Actualization. Sedangkan dalam kuliner ada Bondan Winarno yang telah menjadi ikon dengan makyusnya. Nah, di dunia travelling telah lahir seorang Taufik Uikes. Khususnya perihal kunjungannya ke masjid-masjid di pelosok dunia itu. Ia Smart Traveller. Tidak asal berwisata,” ulas Prof Dr Lydia Freyani Hawadi dalam kata pengantarnya.
Setuju!
***
Judul : Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia
Penulis : Taufik Uieks
Penerbit : Peniti Media, Jakarta 2015
Tebal : 313 halaman
ISBN: 987-602-73374-3-5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H