“Hanya satu kata itu?”
“Lebih. Ia yang sok ganteng, eh …malah nyebarin virus ndak bener.”
“Termasuk suka ….”
“Ya, wanita …kan bisa, dan kadang-kadang senang dibohongi. Walau itu ndak etis. Sangat ndak bermoral!”
Kromodongso manggut-manggut.
“Poinnya ndak etis!”
“Ya, ya!”
Kromodongso diam, meski sesekali manggut-manggut.
“Saya ndak keberatan disebut Lurah jelek. Goblok! Tapi kali ini dia sudah kelewatan. Keterlaluan.”
Marah-marahnya Pak Lurah mungkin akan berlanjut, jika tak datang Asep, Tigor. Bersamaan hujan reda.
“Pak Lur kayaknya marah, ya Kromodongso?” tanya Tigor setelah Pak Lurah tanpa pamit ngeloyor.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!