MUSIK di tanah air tak juga di titik jenuh. Warga negeri berpenduduk seperempat milyar ini masih haus akan jagad hiburan dengaran ini. Jika perlu, tak hanya melalui visual. Namun nongkrongin para musikus berlaga di depan matanya. Sambil bergoyang, bila perlu.
Di matamu ku tak pernah indah
Kauterus melukaiku
Hingga hati terasa lelah …
Itu yang meluncur dari tenggorokkan Bacul, sang vokalis The Shelby pada Kamis malam (2/4) di Maitrin Resto & Lounge, Jakarta. Ia membuktikan bersama Day (lead gitar), Ade Ferdi (gitar), Bowo (bass) dan Opick (drum) bukan band asal muncul. Walau ini single pertamanya yang diberi tajuk, hmmmm…Tak kan Kembali.
“Kami pernah membuat soundtrack film Sepatu Dahlan,” tutur salah satu lima laki-laki yang memproklamirkan diri sebagai The Shelby, Bowo.
Artinya, pergantian, perombakan atau apa pun namanya hingga dalam formasi sekarang, grup ini akan terus ikut andil dalam blantika musik di Tanah Air. Dengan segepok asa, bahwa kehadirannya bisa bermakna. Sebab, ini era persaingan ketat di jagad musik dalam era digital. Di mana lagu bisa diunduh dengan mudah dan murah. Gratis malah, ada. “Kami mengambil genre pop. Yang masih banyak diminati di tanah air,” urai Bowo.
The Shelby in action
Namun sebagai band yang sesungguhnya bisa tampil utuh di panggung, mereka siap diuji. Jika performance dalam peluncuran malam itu baru di kalangan terbatas, akan dibuktikan kelak. Di mana pun, dan kapan pun. Bahwa saat tampil manggung sedikit ada perubahan dari single, itu sebuah kiat dalam menarik penonton. Namun tidak jauh-jauh dan bisa ditandai, itu The Shelby.
Gampangnya, mereka meyakini sebagai sebuah grup musik yang punya ciri. Misal, dari lirik yang kuat atas karya mereka sendiri, bisa ditandai. “Oh, itu The Shelby.” Termasuk Bacul yang diandalkan untuk berkicau di barisan paling depan. Dengan suaranya yang dianggap khas. Kalau tidak, memang akan tenggelam dengan grup musik yang membuncah di negeri ini.
Ini album kami, The Shelby.
Perjalanan The Shelby masih panjang. Dan tawarbukaan dari VNH Records sebuah babak baru keniscayaan sebuah cita-cita dalam memanggul dunia perhelatan musik. Tak boleh disia-siakan, kalau tak ingin kehilangan momentum. Mengingat pintu sudah terbuka. Tinggal memasuki dan menjelajahi dengan sungguh-sungguh. Tanpa lelah, menggali dan mengeruk “nada” lagu seluas-seluasnya. Dengan kata-kata bertenaga, kalau perlu, dan indah. Jangan pernah diam. Apalagi kembali, “Tak akan Kembali” seperti yang sudah dilemparkan dalam singlenya bersampul (dominan) hitam tegas. ***
The Shelby, Kompasianer dan media. Peluncuran single pertama. (foto:Rahab Ganendra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H