Tiga Nara Sumber acara nangkring soal Sariawan Deltomed-Kompasiana. Masing-masing melengkapi. (foto:TS)
SENAYAN, The Cone, FX Lifestyle Center, Sabtu, 17 Mei 2014. Saya diangkat lift ke lantai tujuh, dan sekeluar dari kapsul itu berbelok ke kanan. Sebuah ruang jembar terhampar dengan komposisi duduk melingkar, oval, sebenarnya. Waktu baru menunjuk pukul 09. 50. Wib. Acara belum dimulai.
“Silakan ngopi dulu, Pak,” seorang yang melayani saya dengan ramah, seraya menunjuk ke sisi kanan saya berdiri. Maka saya mengikuti saran. Meski yang kupilih teh, dan tiga potong kue diunduh serta dihamparkan ke lepekan, piring kecil.
Sebelum tengok-tengok, beberapa orang sudah mengacungkan tangan seraya mengembangkan senyum paling manisnya – karena tidak sariawan, mungkin. Saya pun mengambil tempat di belakang teman-teman kompasianer yang kukenal. Di atas meja sudah ada ... bahan yang rada-rada asing. (Jadul amat, pikir saya. Ini tempat modern di Senayan pula). Tapi jelas dari hasil tanaman lokal. (Ternyata kemudian diingatkan, karena ada: Saga rambat (Abrus precantorius L.), akar manis (licorice) akar alang (imperata Cylindrica L. Raeuschel) atau Bunga Seruni/ Krisan (Chrysanthemi Flos) . Apa maksudnya, sempat terpikir.
Ah, tapi ikut sajalah. Apalagi, kemudian muncul seorang wanita bersepatu tumit tinggi, berbaju rok warna hijau lumut menyapa dengan segar. Ini saatnya mendengarkan acara Nangkring ....yang mesti saya ikuti. Nggak nyangka blas. Kalau sang MC yang tampil modern itu nJawani benar. Serentetan kata-katanya menggoda.
Bisa ke Solo Semua
“Siapa saja nanti yang bisa ikut ke Solo? Mudah-mudahan bisa semua ke Solo,” kata Veve Adeline, sang MC semangat, dan dengan pendekatan seolah “biasa” menyimak Kompasiana walau bukan kompasianer.
CEO yang mestine keynote speaker Pak Mulyo Rahardjo diwakili oleh Direktur PT Deltomed Laboratories, Pak Nyoto Wardoyo. Standar karena sebagai pengganjal alias pengganti? Ndak tuh. Solo juga, eh nJawani. Kentara diayunkan dengan bahasa ringan dan nJawani. Meski di intinya, beliau menjelaskan, bahwa, “95 persen, bahan baku obat farmasi, impor.”
Lalu bagaimana bangsa bisa berdikari? Ya, dengan obat herbal, maksudnya. Bukankah ini bisa digiring menjadi ekonomi kerakyatan. Padahal lagi, negeri ini nomor dua perihal bahan baku untuk “pengobatan” jenis ini setelah Brasil. “Tapi kalau kita sertakan biota laut, kita bisa nomor satu,” tandas Pak Nyoto, meyakinkan kenyataan itu.
Sampai di situ rada paham. Kalau sekarang acaranya memang tentang sariawan yang berbasis herbal, pengobatannya. Ya, seperti apa yang ada di meja kami duduk yang sebagian disebutkan di atas sebagai bahan bakunya. Hm.
Sariawan, Bisa Nyerang Siapa Saja
Yup! Lebih dong (paham) ketika seorang wanita yang disebutkan bergelar dokter yang sudah doktor, dan piawai soal sariawan yang bisa menghinggapi siapa saja pun. “Saya pun dari kedutaan Jawa,” kata Dr. Drg. Dewi Priandini, Sp. PM, memberondong namun diucapkan dengan kenes.
Itu hanya cara. Sebab selanjutnya, ketika diperlihatkan lewat screen mulut krowak atawa somplak, ya ngeri juga. Bahwa sariawan, memang bisa, “Disebabkan oleh banyak hal, seperti faktor genetik dan faktor predisposisi seperti kecapekan, gangguan imunitas, hormonal, amenia, alergi, defisiensi nutrisi/ vitamin, stress dan trauma ....”
Serius, nih Dok Dewi? Iya, begitu. Dipaparkan sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Bahwa sariawan, bukan hal mustahil. Meski lebih kerap menyerang kaumnya Dokter Dewi, hehehe. Dan itu karena sariawan utowo stomatitis aphthosa recurent (SAR) merupakan bentuk peradangan yang terjadi di mukosa mulut. Intinya, Jangan anggap remeh Sariawan, kalau mendengar paparan penyebab orang sariawan.
Dr.Abrijanto AB, dokter ngepop: berjeans. Padahal saya dokter satu-satunya yang boleh "meracik" dengan herbal, akunya hehehe. (foto TS)
Menjadi lengkap ketika tiba giliran Dr. Abrijanto SB, lebih nJawani lagi. Dengan penampilan santai, lha wong bercelana jeans he. Hanya dipadu dengan kaus ijo. Ia menyapa dengan lebih menusuk, gaya Solonya. Malah, kemudian menantang, bahwa durian salah satu penyebab panas dalam, selain, begini, “Di Solo kan banyak tengkleng. Jangan takut, kalau nanti ke sana makan tengkleng. Kalau panas dalam, minum Kuldon!”
Hah.
Ini yang mbikin para kompasianer ngiler (bukan karena sedang sariawan sehingga gampang ngeces) dan diiming-imingi untuk ke Solo sana. Lalu kalau bisa mengudap tengkleng – makanan berbasis daging kambing dan diolah secara langsung sehingga kebul-kebul fresh from arang dibakar sebagai pengapian – dan panas dalam, salah satu gejala membawa seseorang sariawan, bisa minum Kuldon. Perlu dicoba, tentu. Dibuktikan.
Sebagai dokter yang piawai soal herbal, ia seperti melengkapi nara sumber sebelumnya. Karena itu, ia ngomong soal alang-alang, dan sejenisnya. Bagai hendak menyatakan, bahwa bahan yang melimpah-ruah di Indonesia, di antara yang bisa dijadikan bahan baku untuk, termasuk Kuldon Sariawan. Meski, ia wanti-wanti bahwa yang herbal pun perlu hygenis pula penanganannya. Semisal membersihkannya dengan cara seksama.
Pak Nyoto muncul kembali. Kali ini sebagai dirinya, persisnya President Direktur PT Deltomed Laboratories. Bahwa Deltomed yang berada di daerah Nambangan, Wonogiri – bukan Solo, lho – sedang membangun sebuah industri dengan bahan baku “asli” Indonesia. Meski diracik secara modern. Jadi, nggak percuma mesin-mesin penggiling produk perusahaan yang luasnya hingga 8 HA itu akan menggiring tenaga kerja di belahan tetangga Solo itu. Plus, “Produk Herbal yang dihasilkan oleh Deltomed sudah memiliki sertifikasi halal dan berdasarkan sertifikat cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) serta berdasarkan ISO 9001 – 2008 yang menjamin kualitas produk,” tuturnya lebih rinci.
Di sela acara, ada tanya-jawab. Ini sebuah kewajiban dari sebuah acara nangkring ala kompasiana. Ya, kali ini yang berkait dengan herbal-herbal gitulah. Sehingga Jeng Ngesti Setyo Moerni yang penggiat lingkungan ancungkan tangan paling duluan. Sampai kemudian kami tercengang. Karena hal mendasar, ditanyakan peserta yang berlatar belakang sastra. Apa sih nama Kuldon itu? Untung Pak Nyoto terampil menjawab, meski meraba-raba: itu dari kata cooling down – ya menghentikan yang panas-panas itulah maksudnya. Semisal makan durian atau tengkleng, dan akan disikat dengan Kuldon Sariawan-nya Deltomed. Beres.
Lha, Jadi Anak-anak, Main Game
Acara menjadi lebih cair, ketika Sang MC menggiring kompasianer yang nangkring untuk mengikuti game ala Kuldon Sariawan. Puzzle Time! Yah, kompasianer jadi seperti anak-anak yang diberi mainan, deh. Ribut ke sana kemari mencari padanan bagian yang belum ada. Dengan menukar bagian yang dipunya ke panitia. “Cepet, cepet ...lho, Bapak ini malah diam melihat temennya lagi sibuk,” sang MC menyindir penulis. Hehehehe.
Penulis nangkring beneran, leyeh-leyeh. Ya, mengikuti acara dengan gaya Solo. (foto: doc TS)
Nah, memasuki game ketiga: Pick Your Herbal. Yakni dengan menyebutkan nama-nama bahan baku yang semula saya anggap aneh di depan meja tadi: Akar Manis dan seterusnya itu. Memang, ada contekannya. Masalahnya, kejar-kejaran waktu, dan menyebutkan secara “benar” apa saja bahan herbal itu untuk dijadikan Kuldon Sariawan.
Jadi, lengkap betul acara nangkring ini, setelah disebutkan siapa pemenang game pertama “Golden Ticket Hunt”. Rupanya ada kompasianer – Zulfikar Alala – yang lebih ngebut nge-tweet, dan langsung mengantongi tiket ke Solo—nggak usah bikin tulisan seperti saya ini. Hm.
“Solo ...Solo ...! Semoga semua bisa ikut ke sana, ya?” ujar Sang MC, mengulang.
Saya minat. Sambil membayangkan tengkleng di tempat asalnya dan bisa mengudapnya di sana – tanpa khawatir panas dalam. Karena kalau ya panas dalam, bisa segera minum Kuldon. Beres. Mungkin dengan dosis yang lebih anjuran. Kan di sana pabriknya, hehehe. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H