Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kelas Pendek Jurnalis!

15 Januari 2015   16:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


MINGGU, 11 Januari 2015 lalu saya ke rumah teman-abang-guru seorang redaktur senior. Setelah berbincang sebentar, ia masuk ke ruang dalam dan tak lama menyodorkan sebuah buku. Lalu memintaku untuk membaca kata pengantar buku bersampul merah sederhana ini.

“Tak seperti evaluasi yang punya hubungan guru-murid, evaluasi internal itu lebih banyak ger-geran karena selalu ada cerita dan tinjauan kocak atas sebuah masalah di sebuah tulisan,” baca saya atas pengantar BHD alias @hidayatbagdja.

Lalu, ia meminta buku itu. Dan menyodorkan kembali, sembari meminta untuk membaca epilog yang ditulisnya. “Kelas ini bukanlah kelas ketat, bahkan barangkali tak patut disebut ‘kelas’. Percakapan mengalir begitu saja, setiap yang hadir boleh menginterupsi kapan saja, menyampaikan pendapatnya, menanyakan hal-hal yang belum jelas, bahkan mengutarakan sudut pandang yang berbeda dengan evaluator.”

Sampai di sini, mungkin membingungkan. Ya setidaknya bila belum menyimak apa isi buku bertajuk #kelaSelasa, yang lebih menyerupai teks pendek – sependek Twit yang lazim dicuitkan di media sosial yang satu ini. Adalah ‘penulis’ seorang redaktur muda di kelompok TEMPO yang kemudian membukukan apa yang terjadi tiap hari Selasa di internal penerbitan Tempo itu. Di mana AMZ, teman yang saya datangi itu sejak 2003 menjadi evaluator – yang mengevaluasi penerbitan di majalah Tempo, Koran Tempo atau situs Tempo.co.

Tulisan yang mudah dipahami itu sulit menulisnya, tulisan yang mudah menuliskannya biasanya sulit dipahami#kelaSelasa, 19 Julis 2011.

Atau di 22 Desember 2011:

Etika wartawan: tak menulis dengan rasa benci sekalipun obyek yang ditulis koruptor menjijikkan #kelaSelasa.

Sambungan, kalau boleh disebut sambungan: Tugas wartawan adalah mengungkap apa yang perlu diketahui publik.

Di era digital atawa media sosial yang bisa melindas berita-berita dari media mainstream, masih bisakah warga mengandalkan berita dari media jenis itu? Jawabannya belum saya temukan secara mustajab. Setidaknya, mengingat Majalah Tempo masih menjadi rujukan pada sebagian pembacanya. Juga di koran harian semisal Kompas. Utamanya, saya masih mengandalkannya. Karena berbagai pertimbangan. Paling tidak, akurasi data media mapan itu masih bisa dipegang.

Pada buku ini yang merupakan: Kumpulan Twit tentang Jurnalisme, Media dan Teknik Menulis berita bisa kita “belajar” sembari mereka-reka. Apakah mungkin, kelak jurnalisme mainstream tergerus seperti prediksi seorang profesor Amerika Serikta yang menyebut: tiga puluh lima tahun lagi takkan ada “media cetak”.

Barangkali kita masih bisa membaca apa yang diceletukan Nara Sumber, dalam hal ini AMZ. Bahwa, dalam buku ini, bisa dikunyah secara renyah sembari menyeringai. Kita seperti diseret pada arus esensi sebuah “liputan” dan dalam “menulis”kannya. Karena kaitan antara warga (audience) dan media mestilah tak terjadi distorsi secara berlebih. Padahal, selazimnya: Penulis yang baik memberi ruang kepada pembaca menafsirkan tulisan#kelaSelasa, 11 Desember 2013.

1421287967647380321
1421287967647380321

Buku yang saya terima dari AMZ. (foto: dok. TS).

Serpihan dalam buku ini, bisa disebut seperti kata-kata mutiara dari sebuah jurnalisme. Ya, walau perlu bekal menafsirkan. Singkatnya, bukan untuk konsumsi orang-orang yang baru menulis di media sosial. Jadi? Saya ingin menyambungkan pengantar pengumpul cuitan Nara Sumber utama dari buku ini, “Dengan pengalamannya yang panjang sebagai wartawan sejak 1960, Amarzan punya referensi yang luas tentang ragam tulisan di media massa seraya tak ketinggalan dengan perkembangan-perkembangan terbaru.”

Ya, itu dia! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun