Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Menggugat Gedung KPK

11 Februari 2015   16:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jika kalian membiarkan KPK terus dikriminalisasi, saya pesimis dengan masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia. Ini titik balik krusial. KPK sudah pada jalan yang benar, tetapi mereka sekarang mereka sedang diblokade,” baca Ki Blendung di depan Sontoloyo dan Jero Ketitik.

Ki Blendung pun menutup Koran yang memuat tentang ucapan atau jawaban Tony Kwok, komisioner Independent Commisioin Against Corruption semacam KPK di Hongkong yang pernah berjuang membersihkan polisi di sana dari perilaku korup.

“Tumben kamu peduli yang begituan, Ki …,” ujar Jero datar.

Ki Blendung ngekek pendek.

“Bukan tumben, aneh!” celetuk Sontoloyo.

“Anehnya?” Ki Blendung heran.

“Ya, kan sekarang muim hujan …,” sahut Sontoloyo sekenanya.

Mereka pun tertawa, menghiasi Pos Ronda yang seperti ikut adem dalam suasana hujan mengguyur di seputar Pura Cikais yang kian redup semenjak Pak Ketumbar tak jadi Lurah lagi. Isu yang berkembang di luaran, terutama soal Ki Jowo, seperti jauh dari isu yang enak digoreng di Pos Ronda itu.

“Kita ini jadi melempem juga dengan keadaan sekarang …,” gumam Ki Blendung.

“Maumu apa?” tanya Jero Ketitik.

“Ya, kita ini jadi tetep peduli, kek. Atau omong jorok. Biar ada kehidupan ….”

Sontoloyo seperti nggak peduli. Asyik mengunyah kacang rebus. Sesekali menyeruput teh poci yang spesial dibawa dari rumah. Karena ia tak ngopi seperti teman-temannya yang biasa mangkal di Pos Ronda.

“Kamu nggak punya usul, Sontol?” sentil Jero.

Sontoloyo hanya menggeleng pelan.

“Ya, sudah. Kalau begitu, aku saja.”

“Mau apa, Ki?” tanya Jero.

“Kan sekarang ramai-ramai pada usilin komisioner KPK dan bahkan sekarang stafnya siapa itu …ya, ya. Si Budi itu ….”

“Hussy!”

“Johan Budi, maksudku. Ralat.”

Jero geleng-geleng kepala.

“Aku mau gugat KPK.”

“Edan kamu!” seru Sontoloyo, makjenggirat.

“Kamu mau melemahkan KPK juga?” susul Jero Ketitik.

“Nggak!” sahut Ki Blendung.

“Lha, tadi?”

“Aku cuma mau menggugat atawa melaporkan Gedung KPK. Biar komplet. Lagi pula kalau gedung yang dilaporkan kan nggak akan bereaksi ….!”

Sontoloyo tertawa kencang. “Cerdas kamu!”

Jero Ketitik garuk-garuk kepala. Menganggap kedua temannya sedang melakukan pemasanan di era hujan bulan Februari. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun