Mohon tunggu...
Thalita ZahraSutejo
Thalita ZahraSutejo Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMAN 28 Jakarta

Thalita Zahra Sutejo - 34 - XI MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Langkah Menuju Kebahagiaan

23 November 2020   18:16 Diperbarui: 23 November 2020   18:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari yang cerah, di sebuah rumah kayu berukuran kecil, tinggallah sepasang suami istri yang hidup tidak berkecukupan. Pagi hingga malam, mereka habiskan waktu untuk terus bekerja dengan harapan mendapatkan sedikit uang dari pekerjaan tidak tetap tersebut agar dapat membeli kebutuhan pokok untuk mereka dan tidak tidur dengan kelaparan. Mereka terus bekerja keras untuk mencari pekerjaan yang layak, demi memenuhi kebutuhan keluarga. Berkali-kali ditolak dalam pelamaran pekerjaan adalah rintangan bagi mereka. Namun, sepasang suami istri tersebut tidak menganggap hal itu sebagai kegagalan bagi mereka, namun mereka menjadikan hal itu sebagai kesuksesan yang tertunda.

Setelah terus mencoba, keberuntungan pun datang, dimana akhirnya sang suami mendapatkan pekerjaan tetap sebagai kuli bangunan yang menurut sang suami dapat memenuhi kebutuhannya dengan sang istri. Tidak berhenti sampai disitu, sang istri pun dengan kemampuan memasaknya, memilih untuk membuka warung kecil-kecilan sebagai penambahan penghasilan untuk keluarganya. Di titik itu, sang suami dan istri menganggap bahwa sampai disinilah perjalanan mereka dan berhenti untuk mencoba agar menjadi lebih baik.

Suatu hari, Tuhan menyampaikan hal yang teramat bahagia pada sang istri, dimana sepasang suami istri tersebut dianugerahi seorang putri. Di saat itu, sang suami pun merasa sangat bahagia. Namun di satu sisi, sang suami berkata, "Bagaimana apabila putri kami tidak bahagia dengan kehidupan yang mungkin bukan kehidupan yang dia inginkan?". Sang istri menjawab dengan bijak, "Disini, aku yakin bahwa kami akan membahagiakan putri kami dengan cara kami sendiri. Kami akan membimbing putri kami sebaik mungkin, agar ia dapat mengerti kondisi kami dan bisa bahagia.", sang suami pun membalas, "Mas takut akan mengecewakan putri kami. Namun, mas berjanji akan terus berusaha untuk bisa membahagiakan kalian berdua.". Mendengar perkataan sang suami, sang istri pun yakin bahwa Tuhan mengirimkan putri mereka sebagai anugerah yang membawa mereka kepada kebahagiaan mendatang.

9 bulan lamanya telah dilewati oleh sang istri dan sang suami. Pada hari itu, lahirlah seorang putri rupawan yang diberi nama Diana Putri. Diana begitu memberikan harapan bagi Ayah dan Ibunya untuk bisa menemukan kebahagiaan yang mereka cari selama ini. Melihat putrinya lahir, membuat segala keluh kesah dari Ayahnya pun seketika menghilang. Tangisan bahagia yang Ayah dan Ibunya keluarkan, bersamaan dengan teriakan tangis seorang putri membuat keluarganya terasa lengkap dan sempurna. "Lihatlah bagaimana putri kami lahir dengan selamat, kami pasti bisa memberikan yang terbaik untuknya.", sang istri berkata. "Mas yakin, kami akan membimbingnya dengan sebaik mungkin.", sang suami melanjutkan. Disinilah akhirnya harapan sang Ayah pun bangkit agar Diana bisa tumbuh sebagai putri yang baik.

Diana tumbuh besar bersama sang Ayah dan Ibu. Sang Ayah selalu mengajarkan bahwa menolong orang yang sedang membutuhkan adalah hal yang sangat penting. Dengan begitu, semenjak umur 6 tahun, Diana selalu membantu dan mendoakan orang tuanya agar lancar dengan pekerjaan mereka yang berat. Sekarang, Diana sudah bisa memasuki Sekolah Dasar dengan uang yang telah dikumpulkan oleh orang tuanya.

Diana terus mengamalkan perkataan sang Ayah untuk terus berbuat baik kepada orang lain, saling menolong, dan belajar untuk memahami kondisi orang lain. Di Sekolah Dasar pun, Diana menjadi murid yang berbakti dan juara di kelasnya. Sekarang, ia pun berhasil memasuki Sekolah Menengah Pertama favorit karena prestasinya. Terkadang, tidak sedikit yang meragukan kemampuan Diana, karena pekerjaan orang tuanya tidak sebanding dengan orang tua mereka. Namun, Diana terus berkata, "Apakah pekerjaan orang tua bisa mempengaruhi kemampuan yang kita punya? Tidak! Disini kalian sendiri yang harus berusaha keras untuk mencapai semuanya. Disini orang tua kita sama-sama menyekolahkan di tempat ini, yang berarti tidak ada yang perlu dibedakan antar satu murid dengan murid yang lainnya!".  Mendengar perkataannya, teman-temannya pun mengerti bahwa tidak perlu membandingkan kemampuan seseorang dengan melihat kekayaan, namun kerja kerasnya. Para guru pun yakin bahwa kelak Diana akan membanggakan orang tua yang sudah mendidiknya dengan sangat baik.

Lambat laun, Diana memasuki Sekolah Menengah Atas favorit. Disini ia menyadari bahwa ini adalah langkah terakhir dalam memasuki sekolah, Diana harus bisa membanggakan orang tuanya. Namun, di satu sisi, ia mendengar pembicaraan orang tuanya kala itu. Ibu berkata, "Mas, aku tidak memiliki biaya yang cukup untuk membeli bahan makanan di warung.", Ayah menjawab, "Maafkan mas, mas belum bisa memberi yang terbaik. Pada pekerjaan mas, terdapat masalah besar yang membuat semua karyawan harus dikurangi gajinya. Mas pun sudah mencari pekerjaan di semua tempat, namun belum ada yang bisa menerima mas sebagai pegawainya, karena mas tidak berpengalaman.". Disini akhirnya Diana menyadari bahwa ia harus bisa membantu sang Ayah dan Ibu bekerja.

Bermula dari mencari pekerjaan dari orang tua temannya. Sampai akhirnya, ia berhasil membujuk orang tua temannya agar ia dapat bergabung dalam bisnis yang besar. Diana mengerjakannya dengan sangat baik dan mendapatkan uang yang menurutnya cukup diberikan untuk Ayah dan Ibu. Diana akhirnya memberikan uang ke Ibu dihari itu dan Ibu berkata, "Diana! Ibu dan Ayah tidak ingin merepotkan kamu, Nak. Disini sudah tanggung jawab kami untuk memberimu kebahagiaan, bukan kamu yang harusnya memberikan uang kepada kami seperti ini. Ibu tidak ingin kamu merasakan kesengsaraan ini. Sekarang, Ibu mohon, pikirkanlah sekolah dan masa depanmu saja, Diana.", Diana membalas Ibunya, "Ibu, malam itu Diana mendengar bahwa keadaan sudah tidak stabil. Dimana, Diana hanya ingin menjadi pintu kebahagiaan untuk Ayah dan Ibu. Disini, Diana mengetahui apa tujuan dan apa yang harus Diana raih, Diana juga telah menunjukan kepada Ayah dan Ibu pencapaian Diana selama di sekolah. Sekarang, Diana mohon untuk satu kali ini saja, Ayah dan Ibu harus menerima uang ini dan hargai perjuangan Diana untuk membahagiakan Ayah dan Ibu. Karena disini, yang terpenting untuk Diana hanyalah kebahagiaan Ayah dan Ibu, bukan yang lain.". Mendengar perkataan Diana, Ibu bersamaan dengan Ayah menangis dan memeluk erat Diana. Mereka merasa beruntung bisa membesarkan Diana untuk mengerti kondisi yang mereka alami. Doa mereka di masa lalu telah dikabulkan dengan dilangkahkan ke dalam kebahagiaan.

Bertahun-tahun lamanya dilalui oleh sang Ayah dan Ibu dengan bantuan putri rupawannya, Diana, mereka menemukan arti bahagia yang sebenarnya. Diana berhasil membuka semua pintu kebahagiaan terutama untuk Ayah dan Ibunya, dengan lulus sebagai mahasiswa yang berprestasi dan mendapatkan pekerjaan dengan jabatan yang tinggi. Hingga akhirnya, Diana pun mampu membiayakan orang tuanya dengan segala fasilitas. Dari sini, Ayah dan Ibu sadar, jalan Tuhan adalah jalan yang terbaik. Tuhan telah memberikan anugerah yang begitu besar bagi keluarganya, setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil. Ayah dan Ibu bersyukur bisa membimbing anaknya sedemikian rupa hingga anaknya pun bisa berkeluarga dan membimbing anaknya sama seperti apa yang Ayah dan Ibunya lakukan. Sehingga mereka mengerti, disaat mereka berusaha, mereka akan dilangkahkan menuju kebahagiaan yang luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun