Mohon tunggu...
Thalita Umaveda Al Hayya
Thalita Umaveda Al Hayya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga-20107030053

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM 20107030053

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Grave of The Fireflies (Hotaru No Haka)", Anime Paling Menyedihkan Sepanjang Sejarah

8 Maret 2021   16:35 Diperbarui: 8 Maret 2021   17:12 19733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anime, adalah animasi asal Jepang yang memang sudah terkenal di beberapa negara, khususnya Indonesia. Penyuka anime sendiri terhitung tidak memandang usia, baik anak-anak bahkan orang dewasa, semuanya dapat menikmati animasi 2 dimensi yang satu ini. 

Nah, terdapat salah satu anime populer yang ditulis oleh Akiyuki Nosaka pada tahun 1967. Anime yang satu ini berasal dari kisah nyata yang dialami oleh Akiyuki Nosaka. 

Saat itu Akiyuki Nosaka tinggal di Kobe, salah satu kota kecil di Jepang saat masih kecil. Karena adanya perang, ayah angkatnya terbunuh dan kedua saudara perempuannya meninggal akibat kekurangan gizi. Sejak saat itu Akayuki Nosaka selalu merasa bersalah sepanjang hidupnya. Dan cerita Grave of the Fireflies ini ditulis sebagai permohonan maaf Nosaka kepada adik perempuannya.

Anime ini berlatar saat perang dunia II pada tahun 1945. Seita dan Setsuko, keduanya merupakan kakak dan adik yang terjebak dalam perang. Ibunya meninggal akibat perang tersebut sehingga kedua kakak beradik itu harus tinggal dengan keluarga bibinya. 

Awalnya semua berjalan baik-baik saja, Seita dan Setsuko diurus dengan baik dan penuh kasih sayang. Namun setelah berapa hari, bibinya mulai berlaku kejam dan membuat Seita memutuskan untuk tinggal dengan adiknya di dalam sebuah gua. Dikarenakan Seita tidak bekerja, sehingga ia harus bertahan hidup dengan membeli bahan-bahan makanan dari barang-barang hasil peninggalan ibunya, mencari makanan di sekitar gua, bahkan sampai mencuri.

Ricuh perang pada masa itu membuat semua orang akan langsung mengungsi apabila mendengar suara sirine. Namun bagi Seita, hal tersebut justru ia manfaatkan untuk mengambil makanan dari rumah bibinya agar Setsuko dapat hidup. Namun keadaan Setsuko semakin memburuk akibat kurangnya gizi dalam tubuhnya, dan pada akhirnya Setsuko meninggal dunia. Terdapat alasan-alasan lain mengapa Grave of the Fireflies dinobatkan sebagai anime paling menyedihkan sepanjang sejarah.

Hilangnya rasa kemanusiaan

Sikap saling tolong-menolong seharusnya dilakukan saat situasi sedang memburuk, apalagi saat situasi perang. Namun dalam anime ini digambarkan beberapa orang yang rasa kemanusiaannya telah hilang. Seperti saat Seita terpaksa mencuri karena Setsuko sedang sakit, namun sang pemilik yang mengetahuinya justru memukul Seita hingga babak belur dan menyeretnya ke kantor polisi. Juga dengan sikap bibinya yang semena-mena kepada anggota keluarganya sendiri, Seita dan Setsuko. 

Cinta tidak menyelesaikan segalanya

Rasa cinta Seita kepada Setsuko di sini terlihat sangat besar. Sejak awal hingga akhir cerita Seita selalu mengorbankan segalanya demi adiknya. Namun rasa cinta saja tidak cukup agar mereka dapat bertahan hidup. Dan dengan rasa cinta yang begitu besar, Seita terlihat sangat menderita. Ia memendam semuanya, saat ibunya meninggal Seita tak ingin memberitahukan kepada Setsuko. Pun saat Seita bersusah payah mencari makanan, ia tetap menunjukkan raut wajah bahagianya kepada Setsuko.

Suasana perang yang kejam

Meski anime ini dibuat pada masa 90-an, penggambaran perang dan grafik yang dihadirkan terlihat cukup ralistis. Dimana proses pengeboman atau pelemparan api dilakukan menggunakan pesawat dari atas. Sehingga sangat memungkinkan jika banyak orang akan terhujani oleh api. 

Selain itu juga ditampilkan secara jelas saat orang-orang yang meninggal pada masa perang tersebut dibakar ramai-ramai dengan mayat-mayat yang lain, termasuk ibu Seita dan Setsuko. Juga saat terdengar suara sirine yang berbunyi dengan keras, maka orang-orang akan berbondong-bondong pergi ke tempat pengungsian karena rumah dapat terbakar kapan saja.

Seita dan Setsuko meninggal dunia

Tidak semua anime atau film selalu memiliki akhir yang bahagia, terutama untuk tokoh utamanya. Pada awal scene, telah digambarkan jika Seita meninggal di stasiun setelah dihampiri oleh petugas, yang di lokasi itu juga terdapat beberapa orang  yang meninggal dunia. 

Kemudian alur berjalan mundur dan menceritakan saat masa perang sedang berlangsung. Dan saat perang itulah Setsuko meninggal setelah ia merasakan  rasa sakit di tubuhnya setiap hari.

Kehadiran kunang-kunang

Pada anime ini kunang-kunang menjadi spotlight utama. Karena dari judulnya saja Hotaru No Haka, memiliki arti kuburan kunang-kunang. Saat mereka berdua tinggal di dalam gua, setiap malam mereka menangkap kunang-kunang dan dimasukkan ke dalam gua sebagai cahaya tambahan. 

Saat Setsuko meninggal, Seita terlihat berbaring di tanah lapang sembari melihat kunang-kunang yang bertebangan. Juga dalam adegan terakhir saat Seita dan Setsuko telah berada di 'alam lain' mereka terlihat duduk bersama dengan dikelilingi kunang-kunang. Dalam artian, jika kunang-kunang selalu menemani perjalanan mereka.

Dalam anime Grave of the Fireflies tentunya memiliki banyak pesan moral yang terkandung. Contohnya seperti sikap kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, namun saat perang terjadi semua orang seakan bisu dan tuli. Mereka hanya peduli terhadap dirinya atau anggota keluarganya sendiri. Hal tersebut sepatutnya tidak perlu kita tiru karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, dan tanpa memandang apakah orang tersebut merupakan orang yang kita kenal atau tidak.

Selanjutnya adalah rasa persaudaraan dan kasih sayang yang sangat kuat. Di sini Seita dan Setsuko saling menguatkan satu sama lain demi bertahan hidup. Rasa cinta Seita kepada adiknya juga membuatnya memilih untuk tidak melanjutkan hidupnya setelah Setsuko meninggal dunia. Dan begitu pula dengan Setsuko, begitu cintanya ia dengan keluarganya, anak se-kecil itu mampu membersihkan gua sendiri, membuat 'makam' untuk ibunya dan juga memilih untuk tinggal bersama dengan kakaknya di gua daripada tinggal bersama bibinya.

Sebenarnya masih banyak lagi pesan moral yang dapat kita ambil. Namun pesan yang paling menonjol disini adalah "cinta memang bukan segalanya, namun cinta dapat menjadikanmu alasan untuk berjuang mempertahankan hidup". Anime ini masih sangat worth it apabila kamu ingin menontonnya. Eits, jangan lupa siapkan tisu yang banyak ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun