Mohon tunggu...
Thalia Michaela
Thalia Michaela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Masyarakat terhadap Orang Bertato Social Judgement Theory

24 September 2023   01:22 Diperbarui: 24 September 2023   01:28 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orang yang memiliki tato sudah pasti berbahaya, preman, orang jahat, anak nakal, tidak bermoral dan yang lainnya. Hal itulah yang menjadi stereotype kebanyakan Masyarakat. Padahal, kenyataannya tidak semua orang yang memiliki tato di tubuhnya belum tentu merupakan seseorang yang berkepribadian buruk. Stereotype terhadap seseorang yang memiliki tato tersebut merupakan sebuah bentuk dari Social Judgement Theory, Judging Message di mana terjadinya perubahan sikap seseorang terhadap sebuah objek sosial dan isu tertentu.

Sebelumnya saya akan membahas mengenai Social Judgement Theory yang terdapat dalam film Lucy Shimmers and The Prince of Peace. Film tersebut menceritakan di mana seorang anak yang mengidap penyakit parah ingin mendonorkan ginjalnya kepada seorang narapidana.

Dalam film tersebut sang anak mengalami Contrast karena gangguan penerimaan informasi atau distorsi persepsi yang memicu penolakan terhadap suatu pesan. sang Anak dilarang untuk berinteraksi dengan narapidana tersebut karena sang Ayah memiliki persepsi bahwa narapidana tersebut berbahaya.

 Namun, sang anak menolak persepsi Ayahnya karena ia melihat bahwa narapidana tersebut terlihat baik dan memiliki tato seperti Ayahnya. Sang Ayah menjawab kata-kata sang anak dan mengatakan bahwa tato tidak membuat seseorang baik atau buruk dan meminta sang anak untuk menuruti perkataannya Hal tersebut bisa juga dikategorikan sebagai Ego Involvement, menurut Sherif & Hovland (1961) , keterlibatan ego merupakan hal yang penting terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan. 

Ego involvement adalah kunci utama dari munculnya Latitude of Acceptance dan Latitude of Rejection. Ego involvement mengacu pada tingkat seberapa penting atau tidaknya suatu pesan yang ada dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, keterlibatan ego membuat perbedaan besar dalam hal bagaimana kita merespon pesan-pesan yang berhubungan dengan sebuah topik.

Namun, pada akhirnya sang anak mengalami Latitude of No Commitment yang merupakan pandapat atau pesan persuasi yang tidak bisa kita tolak dan tidak bisa kita terima oleh peta kognitif kita sendiri terhadap pesan tersebut. Sang anak meng-iyakan perintah Ayahnya untuk tidak berkomunikasi dengan narapidana tersebut namun, sang anak tersebut tetap mengirimkan pesan melalui sebuah buku yang digambarnya kepada sang narapidana tersebut karena ia memiliki persepsi bahwa narapidana tersebut tidaklah berbahaya seperti apa yang dikatakan oleh Ayahnya.

Pada akhirnya sang narapidana mengalami Discrepancy atau mempertimbangkan pesan berdasarkan kedekatan dengan pola pikir kita sebagai langkah awal menuju pada perubahan perilaku. Setelah sang narapidana mengetahui bahwa anak tersebut telah mendonorkan salah satu ginjalnya meskipun Ayah dari anak tersebut memiliki persepsi yang buruk terhadap dirinya, Ia memutuskan untuk menerima persepsi Ayah sang Anak tersebut dan bertekad untuk memperbaiki dirinya. Hal ini bisa dikategorikan sebagai Latitude of Acceptance. 

Berdasarkan film tersebut, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa tato tidak dapat menentukan sifat atau karakter seseorang. Seperti sang narapidana, meskipun ia memiliki tato dan merupakan seorang narapidana namun ia memiliki sifat lembut dan baik dalam hatinya. Ia pun memiliki tekad untuk mengubah perilaku yang telah ia lakukan sebelumnya. Dan sang Ayahpun memiliki tato ditubuhnya tetapi pada akhirnya juga menyetujui keinginan anaknya meskipun akhirnya ia harus merelakan kepergian anaknya dan tidak menyalahkan maupun memiliki dendam kepada narapidana tersebut.

Sebenarnya, tato merupakan salah satu bentuk seni yang digunakan oleh seniman untuk mengkreasikan seninya. Selain tato merupakan seni, tato juga merupakan sebuah bentuk budaya salah satunya budaya mentato badan yang diterapkan oleh Suku Dayak yang ada di Indonesia sendiri. Maka dari itu, kita tidak boleh untuk menilai orang berdasarkan persepsi kita sendiri sebelum kita benar-benar mengetahui sifat dan karakter seseorang. Terlebih lagi menilai kepribadian seseorang melalui tato. Seperti pepatah dalam Bahasa Inggris yang mengatakan “Don’t judge a book by it’s cover” yang memiliki makna agar kita tidak menilai seseorang hanya berdasarkan dari tampilannya saja. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam diri seseorang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA  

Alyasoph, L. S. P. D. (2019, April 29). Social Judgment Theory (Teori Pertimbangan Sosial) disusun oleh Alya Sophia (0802518028). Retrieved from https://alyasoph.wordpress.com/2019/04/28/social-judgment-theory-teori-pertimbangan-sosial-disusun-oleh-alya-sophia-0802518028/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun