;kepada wanita-wanita yang dituduh sebagai pembohong dalam segala keadaan
Sebening tetesan air embun. Entah sudah berapa keringat yang tumbuh subur di keningmu.
Sedang dahaga selalu menjadi penantian sang anak.
Namun anak tak pernah menyangka,
bahwa embun itu akibat lepuhan dari kulit kering nan tua.
Di halaman, Tuhan menunggu dikumandangkan, lagi.
Meniti kerisauan dari yang terjadi,
Pada sentuhan yang tak pernah ada garis bentuk dan nasib.
Ia, selalu menjadi subjek pembohong, dituduh atau tidak.
Lalu malaikat datang dengan pensil warna-warni dan buku diary:
"Beberapa, sudah kulayangkan kegetiranmu pada Tuhan. Sekarang, kau bisa merasakan hati dengan jujur dan megah. Tuhan ingin menayangkannya di langit."