Kemudian, aspek sosial-budaya. Karena nilai-nilai sosial budaya sangat dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan tempat di mana pendidikan itu tinggal. Pendidikan bukan hanya ditakdirkan untuk pendidikan saja, tetapi bagaimana menyiapkan manusia yang bermasyarakat serta memiliki karakter dan tingkah laku yang baik. Â Hal ini berkaitan dengan peranan pedidikan humaniora yang berfungsi untuk pengembangan empati dan toleransi. Mengingat Indonesia yang pluralis, majemuk, dan multikultural.
 Trikotomi pemikiran Soedjatmoko tidak terlepas dari sisi kehidupan manusia dan agama. Di mana visi manusia; berpikir, memilih, dan menentukan. Misi manusia; berorientasi pada kebebasan dan kesejahteraan manusia. Semuanya menjadi utuh dengan peran agama sebagai perluasasan amal yang terstruktur.
 Produk berpikir bebas, pengembangan daya kognitif, dan perilaku susila adalah rangkuman penulis dari beberapa hasil pemikiran Soedjatmoko.    Â
Pentingnya mengembangkan nilai-nilai solidaritas dan pembentukan kesadaran atas identitas nasional melalui pendidikan berbasis humanistik; proses pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan; serta perlunya menjadikan agama sebagai dasar dalam segala tindak-tanduk. Maka untuk mewujudkan pendidikan yang religius-humanis bukanlah suatu hal yang sia-sia. Gerbang awal-berkelanjutan merdeka belajar akan menjadi sistem pendidikan Indonesia yang seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H