Memasuki era society 5.0 sama halnya memasuki dunia baru dengan manusia sebagai pusat tatanan kehidupan masyarakat yang dibingkai oleh perkembangan teknologi. Era ini hadir sebagai perkembangan dari revolusi industri 4.0 yang berpotensi terhadap degradasi dalam berbagai aspek. Sebab pada mulanya, industri 4.0 merupakan bentuk dari adanya pergeseran tenaga kerja dengan kontribusi penggunaan mesin teknologi secara besar-besaran. Oleh karenanya, kehadiran society 5.0 merupakan antisipasi dari tantangan yang timbul dari industri 4.0.
Hal ini selaras dengan lahirnya Kurikulum Merdeka yang resmi disahkan sejak Juli 2022. Kurikulum ini memberikan kelonggaran kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan inovasi pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah. Tenaga pendidik dituntut untuk menjadi fasilitator dengan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, atau istilah yang dikenal sekarang adalah student centered learning. Tentu dalam hal ini teknologi menjadi basis pembelajaran, sebab kita telah memasuki perkembangan teknologi yang mengharuskan kita untuk mampu mengendalikan teknologi dalam setiap kegiatan dengan baik.
Tuntutan menghadapi era digital telah diatur oleh pemerintah tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru, Kompetensi Pedagogik guru SMA/SMK dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 pada poin 5, bahwa "Guru SMA/SMK harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran". Peraturan tersebut menjadi landasan bahwa penggunaan teknologi sudah menjadi bagian dalam pembelajaran. Terutama pembelajaran sejarah yang kerap kali dianggap membosankan karena peserta didik dituntut untuk menghafal sementara tenaga pendidik menyampaikan materi melalui metode ceramah.
Tenaga pendidik dalam ranah ini harus memutar arah pembelajaran agar penyampaian materi sejarah dapat diserap peserta didik dengan baik dan menyenangkan. Salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran melalui model pembelajaran TGT (Team Game Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan pembelajaran kelompok tanpa membedakan status sosial dengan berbasis permainan. Menurut Robert Slavin, TGT adalah pembelajaran kooperatif berbasis turnamen dengan menggunakan pertanyaan kuis. Konsep ini memberi ruang kepada peserta didik untuk berdiskusi tentang kuis yang diberikan oleh tenaga pendidik, lalu berlomba untuk menjawab kuis dengan antar kelompok.
Model pembelajaran TGT bertujuan untuk melatih peserta didik dalam memupuk rasa tanggung jawab, menghargai perbedaan pendapat, saling bekerjasama, dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Selain itu model pembelajaran ini dinilai efektif karena proses belajar dibungkus dengan permainan yang menyenangkan dan menuntut peserta didik untuk aktif di kelas. Terdapat 6 tahap dalam mengembangkan model TGT, yaitu:
1. Tenaga pendidik menyajikan materi sejarah secara singkat untuk menunjang pemahaman peserta didik.
2. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan lima sampai enam peserta.
3. Tenaga pendidik menyampaikan aturan dan alur turnamen.
4. Peserta didik memastikan bahwa semua anggota kelompoknya memahami materi sejarah dan bersiap untuk mengikuti turnamen.
5. Tenaga pendidik memulai turnamen dengan memberikan kuis sejarah.
6. Setiap kelompok berlomba untuk menjawab kuis sejarah yang diberikan oleh tenaga pendidik setelah melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya.
Tenaga pendidik dapat mengembangkan kreativitas model pembelajaran TGT ini dalam berbagai bentuk kuis yang menyenangkan. Terdapat banyak media yang dapat tenaga pendidik gunakan untuk menambah daya tarik peserta didik, diantaranya ada Wordwall, Bamboozle, dan Educandy. Terdapat banyak fitur yang disajikan dalam media tersebut, salah satunya adalah kuis yang dapat menjadi penunjang model pembelajaran TGT. Melalui TGT motivasi belajar peserta didik serta keaktifannya dalam kelas dapat ditingkatkan. Sebab, peserta didik akan lebih semangat mengikuti proses pembelajaran apabila kondisi kelas dapat dibungkus dengan pembelajaran yang menyenangkan. Dampaknya hasil belajar lebih meningkat dan tujuan Kurikulum Merdeka dapat terealisasi dengan baik.
Model pembelajaran TGT bukan tidak mungkin memiliki kekurangan, seperti tidak keterlibatan beberapa anggota kelompok dalam memainkan turnamen dan diskusi, tentu dalam hal ini menyulitkan tenaga pendidik dalam menilai individu pada setiap kelompok. Tenaga pendidik dalam ranah ini dapat melakukan evaluasi belajar dengan memberikan posttest tentang sejarah secara singkat untuk melihat kemampuan peserta didik dalam memahami materi sejarah. Model pembelajaran TGT menjadi salah satu alternatif yang dapat menunjang belajar peserta didik. Penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang sekolah masing-masing. Kendati pada umumnya, model pembelajaran ini terbilang mudah dan tidak memerlukan banyak fasilitas sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H