Di tengah situasi pandemi covid-19 yang semakin memburuk, Universitas Jember kembali mengadakan KKN Back to Village untuk yang ketiga kalinya. Program KKN Back to Village 3 (KKN BTV 3) diikuti oleh mahasiswa tingkat akhir dari berbagai program studi di Universitas Jember, yang pelaksanaannya dilakukan secara individu di desa atau kecamatan domisili masing-masing mahasiswa.Â
Melalui program KKN BTV 3 ini, mahasiswa Universitas Jember diharapkan tetap dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi meskipun masih dilanda pandemi covid-19. Pilihan tematik yang disediakan pun telah disesuaikan dengan kondisi masyarakat khususnya mereka yang terdampak covid-19, sehingga dapat memudahkan mahasiswa untuk mengabdi pada masyarakat khususnya di sekitar tempat tinggalnya.
Dian Etika Putri, mahasiswi Universitas Jember dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, menjadi salah satu peserta KKN BTV 3 dari Kelompok 72 di bawah bimbingan dr. Adelia Handoko, M.Si. Tematik yang diambil yaitu Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19, yang dilaksanakan mulai 11 Agustus hingga 9 September 2021 di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Desa Pesanggrahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Batu, Kota Batu yang memiliki mata pencaharian utama warganya sebagai petani, peternak, dan pelaku wirausaha. Wirausaha yang terdapat di Desa Pesanggrahan cukup beragam, beberapa di antaranya yaitu usaha susu murni dari peternakan sapi perah, pengrajin bambu, dan home industry bakpia. Salah satu pelaku wirausaha di Desa Pesanggrahan yaitu Bapak Jefri Tomasoa, warga RT 01 RW 06 di Dusun Srebet Barat. Beliau baru saja merintis usaha jamu peningkat imun dari tanaman herbal dengan penambahan rumput gandum sebagai sumber antioksidan.
"Awal mula saya merintis jamu herbal ini dimulai waktu saya sakit, saya baca-baca jurnal penelitian ilmiah di internet lalu saya coba membuat jamu sendiri dari tanaman-tanaman herbal liar, pakai empon-empon juga seperti jahe, kencur, dan lain-lain. Bedanya di sini saya fermentasikan pakai Lactobacillus, pakai rumput gandum segar, jeruk dan buah-buahan lainnya juga. Ternyata berhasil dan saya sehat terus sampai sekarang, saya sekeluarga minum (jamu ini) setiap hari ya jadinya sehat setiap hari," terang Bapak Jefri.
Usaha beliau ini baru dimulai pada bulan Januari 2021 dengan proses pembuatan produk yang sederhana dan peralatan produksi yang terbatas. Beliau mengaku produk jamu tersebut masih belum dipasarkan secara luas, bahkan masih mengalami kesulitan dalam mempromosikan produk jamu tersebut ke masyarakat sekitar.
"Agak susah untuk pemasarannya. Mungkin karena saya juga baru merintis, pembuatannya juga masih skala rumah tangga yang alat-alatnya sederhana, bahkan mungkin juga dianggap kurang higienis. Mau promosi saja masih sulit, padahal jamu ini bagus diminum supaya imunnya tetap bagus selama pandemi seperti sekarang," ungkapnya.
Pada saat pertama kali merintis usaha jamu herbal, Bapak Jefri sempat mempelajari beberapa literatur dan jurnal ilmiah tentang manfaat rumput gandum bagi kesehatan. Beliau menemukan bahwa rumput gandum memiliki sifat antioksidatif yang menyerupai daun kelor. Menurut beliau, penambahan rumput gandum pada produk jamu herbal tersebut akan menambah manfaat kesehatan, khususnya dapat meningkatkan imunitas tubuh pada masa pandemi covid-19. Sebenarnya produk jamu herbal ini bersifat potensial dan dapat berkembang pesat khususnya pada masa pandemi covid-19, namun hingga saat ini Bapak Jefri masih mengalami kendala terkait promosi dan pemasaran produk.