Karena itulah,maka pemerintah kolonial menganggap bahwa mereka merupakan tokoh-tokoh intelektual munculnya kongres pemuda tersebut,sehingga Sukarno,Muhammad hatta ,Nazir Dauk Pamuncak,Abdul Majid Joyodiningrat,dan sebagainaya tahun 1927 itu.Memang itu masa lalu yang oleh sebagian orang sudah mulai dilupakan seiring berkuarnganya minat mereka kepada perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Akan tetapi hal tersebut penting bagi para sejarawan untuk menyusun kembali sejarah nasional Indonesia yang memang dengan "dibelokkan"oleh kelompok tertentu demi kepentingannya.Namun demikian sekarang bagi generasi muda perlu memforkuskan segala dayanya untuk mengisi kemerdekaan yang sudah direbut dengan susah payah olleh mereka bapak-bapak bangsa,leluhur bangsa Indionesia.Namun dengan rasa sangat memprihatikan dan memilukan justeru saat-saat bangsa Indonesia berupaya mengingatkan kembali momentum sejarah 83 tahun lalu di jakarta itu ,justeru terjadi kerusuhan bentrokan atau tawuran sesama mahasiswa . Sementara rejim SBYpun kelihatannya kurang peduli terhadap proses pengisian kemerdekaan,meskipun sudah berkuasa hampir delapan tahun.
Karena ketidakpeduliannya itu menyebabkan mandegnbya berbagai aspek sosila kehidupan bangsa Indonesia,bahkan mereka pertontonkan berbagai kelemahannya dalam menegakkan hukum terhadap berbagai skandal korupsi ,mafia pajak,mafia peradilan dan sebagainya.Konsekuwensinya terjadi berbagi unjuk rasa di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta,Surabaya,Makasar dan lain lain sebagai reaksi mahasiswa terhadap ketakberdayaan SBY dalam melawan kejahatan itu.Coba saja di Papua sudah sebulan lebih terjadi pemogokan ribuan karyawan Freepiort,seiring kerusuhan yang telah menelann korba jiwa.Tetapi SBY kelihatannya masih acuh tak acuh dalam mengambil langkah-langkah untuk mengentaskan masalah-masalah sosial di berbagai daerah Indonesia.Dalam konteks inilah kemudian munculnya aksi-aksi teroris atau separatis yang mencederai sifat dan tujuan Sumpah Pemuda yang diikrarkan 83 tahun silam di jakrta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H